AGEN POKER UANG ASLI

Minggu, 13 November 2016

Meski Malu Tapi Aku Nikmati Perkosaan Atas Diriku Di Dalam Lift

http://kasakkusuk89.blogspot.co.id/

kali ini menceritakan pengalaman Sex dari seorang Mahasiswi yang melakukan hubungan Sex dengan 3 teman kuliahnya di lift kampus. Sebenarnya wanita ini tidaklah yang memulai, tapi karena rayu paksa dari ketiga teman kuliahnya, dengan rasa sedikit terpaksa Mahasiswi inipun akhirnya hanya bisa pasrah dan menikati Sex Gangbang dengan Ketiga teman kuliahnya tersebut . Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.

Sebuah mata kuliah Ekonomi Akutansi yang belum kuambil pada semester kemarin harus saya ambil hari ini. Pada waktu itu saya mendapat ruangan dengan anak Fakultas Ilmu Komunikasi, , di sana mahasiswanya mayoritas adalah laki-laki, jumlah mahasiswinya hanya sedikit yaitu 7 orang. saya selalu menjadi pusat perhatian para mahasiswa di gedung itu, bahkan sering kali mereka memperhatikan aku tubuhku yang bisa dibilang Good Looking lah, hhe. Ditambah lagi saya termasuk mahasiswi yang bisa dibilang cantik, sexy dan berkulit putih mulus. Kebiasaan saya yang sering memakai pakaian yang ketat sering membuat para kaum lelaki enggan memejamkan matanya sekejap saja. saya sih udah biasa dengan pandangan buas seperti itu dari para lelaki, jadi saya sih cuek aja.




Karena dosen mata kuliah itu beberapa kali tidak masuk akibat sibuk dengan kuliah S3 nya, pada hari itu mata kuliah yang bersangkutan harus aku ambil pada pukul 4 sore. Mata kuliah tambahan biasanya lebih cepat tidak seperti mata kuliah umumnya, biasanya 1 jam saja sudah selesai. Singkat cerita jam mata kuliah itu telah selesai, ketika itu langit terlihat sudah gelap dan suasana kelas sepi, hampir tidak ada lagi mahasiswa yang berada di kampus. Pada saat keluar kelas tiba-tiba saya kebelet buang air kecil, lalu sayapun bergegas ke toilet yang jaraknya 50 meter dari kelas saya tadi untuk buang air kecil sejenak, terasa singup sekali ketika saya berada sendirian di toilet kampus malam-malam begini. Setelah selesai buang air kecil saya cuShin tangan dan bergegas keluar dan menuju lift. saya terkejut karena ada yang menyapa dari belakang ketika menunggu lift.

Setelah saya menengok kebelakang ternyata yang menyapaku adalah 3 mahasiswa yang tadi sekelas denganku. Dari ke 3 orang itu saya hanya mengenal 1 orang saja, yang saya kenal bernama Bastian, bastian ini mempunyai postur tubuh tinggi kurus, berambut ikal, dan bisa dibilang tidak ganteng. Sedangkan yang 2 lagi saya tidak ingat namanya, cuma tahu tampang saja. Tapi setelah saya ingat-ingat akhirnya saya tahu namanya juga yang berambut gondrong terkuncir itu namanya Sakti dan satunya lagi yang mukanya seperti orang Arab itu bernama Ridho. Ridho ini tubuhnya berisi dan kekar tidak seperti Bastian dan Sakti. Kemudian mereka bertanya,

“ Kok lo baru turun sekarang Shin kemana aja lo tadi? ” sapa Bastian berbasa-basi.

“ Iya nih, tadi gw ke toilet dulu bas, lo orang juga pada ngapain aja kog baru turun juga? ” jawabku.

“Biasalah Shin, kita ngerokok dulu bentar tadi habis keluar dari kelas ” jawabnya.

Tak lama setelah kami mengobrol pintu Lift pun terbuka dan kami masuk bersama, mereka berdiri mengepungku hingga jantungku akupun merasa deg-degan, saya merasakan mata mereka pun memperhatikan tubuhku yang terbungkus rok mini dari bahan katun yang menggantung di atas lutut serta baju ketat berwarna putih. sebenarnya saya sih nggk takut, terus terang saja gairah Sexku pun mulai merasuki fikiran saya dan aliran darahku pun mengalir kencang tak karuan,

“ Langsung pulang Shin? ” tanya Sakti yang berdiri di sebelah kiriku.

“ Iya nih Ti ” jawabku dengan singkat.

“ Jadi udah gak ada kegiatan apa-apa lagi dong setelah ini? ” si Bastian menimpali.

“ Ya gitulah, paling nonton TV di rumah ” jawabku lagi.

“ Jangan langsung pulang dong, kasih waktu sebentar buat kita dong Shin! ” sahut Sakti.

“ Waktu bentar ??? Waktu buat apa sih ? ” tanya saya lagi.

Blum sempat saya menjawab, tiba-tiba saya dikagetkan oleh sepasang tangan yang memelukku dari belakang dan seperti sudah diberi aba-aba, Ridho yang berdiri dekat tombol lift menekan sebuah tombol sehingga lift yang sedang menuju tingkat dua itu terhenti. Tas jinjingku sampai terlepas dari tanganku karena terkejut.

“ Ehhh.. Lo orang pada mau ngapain gw ? ” ujarku panik dengan sedikit bernada tinggi,

“ Hehehe.. Ayolah Shin, berbagi kesenangan dikit sama kita lah? Pasti lu stress kan, kuliah seharian gini! ” ucap Bastian yang mendekapku dengan nafas menderu.

“ Iya nih Shin, di fakultas kitakan limit cewek Shin, jarang ada cewek kaya lo gini, sekali-kali hibur kita dong ” timpal Ridho.

Dengan cepatnya ada tangan menggerayang masuk ke dalam rok miniku. saya tersentak ketika tangan itu menjamah pangkal paha saya lalu mulai menggosok-gosoknya dari luar.

“ Apa-apaan nih, nggak sopan banget sih Lo pada ! ” ujarku pada mereka,


Senbenarnya saya sendiri menginginkannya, namun saya tetap berpura-pura jual mahal untuk menaikkan derajatku di depan mereka. Tapi nampanya mereka melihat ekpresi wajahku yang mulai terangsang. Rambutku yang terkuncir memudahkan Bastian menciumi leher, telinga dan tengkukku dengan ganas sehingga nafsuku naik dengan cepat. Ridho yang tadinya cuma meremasi payudara saya dari luar kini mulai menyingkap bajuku lalu cup bra-ku yang kanan dia turunkan, maka terlihatlah payudara kananku yang nampak lebih mencuat karena masih disangga bra. Diletakkannya telapak tangannya di sana dan meremasnya pelan, kemudian kepalanya mulai merunduk dan lidahnya kurasakan menyentuh pentilku.

Sambil menyusu, tangannya aktif mengelusi paha mulusku. Tanpa kusadari, CDku kini telah merosot hingga ke lutut, bokong dan kemaluanku terbuka sudah. Jari-jari Sakti sudah memasuki M3mek saya dan menggelitik bagian dalamnya. Tubuhku menggelinjang dan mendesah saat jarinya menemukan klitorisku dan menggesek-gesekkan jarinya pada daging kecil itu. saya merasakan sensasi geli yang luar biasa sehingga pah saya merapat mengapit tangan Sakti. Rasa geli itu juga kurasakan pada telinga saya yang sedang dijilati Bastian, hembusan nafasnya membuat bulu kudukku merinding. Tangannya menjalar ke payudara saya dan mengeluarkan payudara saya yang satu lagi.
Diremaslah payudara saya dan pentilku mulai dimainkan, kadang dipencet atau digesek-gesekkan dengan jarinya hingga menyebabkan benda itu semakin membengkak. Tubuhku serasa lemas tak berdaya, pasrah membiarkan mereka menjarah tubuhku. Melihatku semakin pasrah, mereka semakin menjadi-jadi. Kini Ridho memagut bibirku, bibir tebal itu menyedot-nyedot bibirku yang mungil, lidahnya masuk ke mulutku dan menjilati rongga di dalamnya, kubalas dengan menggerakkan lidahku sehingga lidah kami saling jilat, saling hisap, sementara tangannya sudah meremas gumpalan bokongku, kadang jari-jarinya menekan anusku. Tonjolan keras di balik celana Bastian terasa menekan bokongku. Secara refleks saya menggerakkan tanganku ke belakang dan meraba-raba tonjolan yang masih terbungkus celana itu.

Payudara kananku yang sudah ditinggalkan Ridho jadi basah dan meninggalkan bekas gigitan kini beralih ke tangan Bastian, dia kelihatan senang sekali memainkan pentilku yang sensitif, setiap kali dia pencet benda itu dengan agak keras tubuhku menggelinjang disertai desahan.
Si Sakti malah sudah membuka celananya dan mengeluarkan P3nisnya yang sudah tegang. Masih sambil berShinuman, kugerakkan mat saya memperhatikan miliknya yang panjang dan berwarna gelap tapi diameternya tidak besar, ya sesuailah dengan badannya yang kerempeng itu. Diraihnya tanganku yang sedang meraba selangkangan Bastian ke P3nisnya, kugenggam benda itu dan kurasakan getarannya, satu genggamanku tidak cukup menyelubungi benda itu, jadi ukurannya kira-kira dua genggaman tanganku.

“ Ini aja Shin, burung gua kedinginan nih, tolong hangatin dong! ” pintanya.

“ Ahh.. Eemmhh! ” desahku sambil mengambil udara begitu Ridho melepas cumbuannya.

“ Gua juga mau dong, udah gak tahan nih! ” ujar Ridho sambil membuka celananya.

Astaga, sepertinya dia memang ada darah Arab, soalnya ukuran P3nisnya bisa dibilang menakjubkan, panjang sih tidak beda jauh dari Sakti tapi yang ini lebih berurat dan lebar, dengan ujungnya yang disunat hingga menyerupai helm tentara. Jantungku jadi tambah berdegup membayangkan akan ditusuk olehnya, berani taruhan punya si Bastian juga pasti kalah darinya.
Bastian melepaskan dekapannya pad saya untuk membuka celana, saat itu Ridho menekan bahuku dan memint saya berlutut. saya pun berlutut karena kakiku memang sudah lemas, kedua P3nis tersebut bagaikan pistol yang ditodongkan pad saya, tidak.. bukan dua, sekarang malah tiga, karena Bastian juga sudah mengeluarkan miliknya. Benar kan, milik Ridho memang paling besar di antara ketiganya, disusul Bastian yang lebih berisi daripada Sakti. Mereka bertiga berdiri mengelilingiku dengan senjata yang mengarah ke wajahku.

“ Ayo Shin, jilat, siapa dulu yang mau lu servis ”

“ Yang gua aja dulu Shin, dijamin gue banget! ”

“ Ini aja dulu Shin, gua punya lebih gede, pasti puas deh! ”

Demikian mereka saling menawarkan P3nisnya untuk mendapat servis dariku seperti sedang kampanye saja, mereka menepuk-nepuk miliknya pada wajah, hidung, dan bibirku sampai saya kewalahan menentukan pilihan.
“ Aduh.. Iya-iya sabar dong, semua pasti kebagian.. Kalo gini terus gua juga bingung dong! ” kat saya sewot sambil menepis senjata mereka dari muk saya.

“ Wah.. Marah nih, ya udah kita biarin Shintra yang milih aja, demokratis kan? ” kata Sakti.

Setelah kutimbang-timbang, tangan kiriku meraih P3nis Sakti dan yang kanan meraih milik Ridho lalu memasukkannya pelan-pelan ke mulut.

“ Weh.. Sialan lu, gua cuma kebagian tangannya aja! ” gerutu Sakti pada Ridho yang hanya ditanggapinya dengan nyengir tanda kemenangan.

“ Wah gua kok gak diservis Shin, gimana sih! ” Bastian protes karena merasa diabaikan olehku.

Sebenarnya bukan mengabaikan, tapi saya harus memakai tangan kananku untuk menuntun P3nis Ridho ke mulutku, setelah itu barulah kugerakkan tanganku meraih P3nis Bastian untuk menenangkannya. Kini tiga P3nis kukocok sekaligus, dua dengan tangan, satu dengan mulut.
Lima belas menit lewat sudah, saya ganti mengoral Bastian dan Ridho kini menerima tanganku. Tak lama kemudian, Sakti yang ingin mendapat kenikmatan lebih dalam melepaskan kocokanku dan pindah berlutut di belakangku. Kaitan bra-ku dibukanya sehingga bra tanpa tali pundak itu terlepas, begitu juga CD hitamku yang masih tersangkut di kaki ditariknya lepas.

Lima menit kemudian tangannya menggerayangi payudara dan M3mek saya sambil menjilati leherku dengan lidahnya yang panas dan kasar. Bokongku dia angkat sedikit sampai agak menungging. Kemudian saya menggeliat ketika kurasakan hangat pada liang M3mek saya. P3nis Sakti telah menyentuh M3mek saya yang basah, dia tidak memasukkan semuanya, cuma sebagian dari kepalanya saja yang digeseknya pada bibir M3mek saya sehingga menimbulkan sensasi geli saat kepalanya menyentuh klitorisku.

“ Uhh.. Nakal yah lu! ” kata saya sambil menengok ke belakang.

“ Aahh..! ” jeritku kecil karena selesai berkata demikian Sakti mendorong pinggulnya ke depan sampai P3nis itu amblas dalam M3mek saya.

Dengan tangan mencengkeram payudara saya, dia mulai menggenjot tubuhku, P3nisnya bergesekan dengan dinding M3mek saya yang bergerinjal-gerinjal. saya tidak bisa tidak mengerang setiap kali dia menyodokku.

“ Hei Shin, yang gua jangan ditinggalin nih ” sahut Bastian seraya menjejalkan P3nisnya ke mulutku sekaligus meredam eranganku.

Saya semakin bersemangat mengoral P3nis Bastian sambil menikmati sodokan-sodokan Sakti, P3nis itu kuhisap kuat, sesekali lidahku menjilati kepala P3nisnya. Jurusku ini membuat Bastian belingsatan tak karuan sampai dia menekan-nekan kepal saya ke selangkangannya. Kocokanku terhadap Ridho juga semakin dahsyat hingga desahan ketiga pria ini memenuhi ruangan lift. Teknik oralku dengan cepat mengirim Bastian ke puncak, P3nisnya seperti membengkak dan berdenyut-denyut, dia mengerang dan meremas rambutku.
“ Oohh.. Anjing.. Ngecret nih gua!! ”




Muncratlah cairan kental itu di mulutku yang langsung kujilati dengan r sayasnya. Keluarnya banyak sekali sehingga saya harus buru-buru menelannya agar tidak tumpah. Setelah lepas dari mulutku pun saya masih menjilati sisa pejuh pada batangnya. Ridho memint saya agar menurunkan frekuensi kocokanku.

“ Gak usah buru-buru.. ” demikian katanya.

“ Cepetan Ful, kita juga mau ngerasain memeknya, kebelet nih! ” kata Ridho pada Sakti.

“ Sabar jek.. Uuhh.. Nanggung dikit lagi.. Eemmhh! ” jawab Sakti dengan terengah-engah.

Genjotan Sakti semakin kencang, nafasnya pun semakin memburu menandakan bahwa dia akan orgasme. Kami mengatur tempo genjotan agar bisa keluar bersama.

“ Uhh.. Uhh.. Udah mau Shin, boleh di dalam gak? ” tanyanya.

“ Jangan.. gue lagi subur.. Ah.. Aahh!! ” desahku bersamaan dengan klimaks yang menerpa.

“ Hei, jangan sembarangan buang peju, ntar gua mana bisa jilatin memeknya! ” tegur Bastian.

Sakti menyusul tak sampai semenit kemudian dengan meremas kencang payudar saya hingga membuatku mejerit, kemudian dia mencabut P3nisnya dan menumpahkan isinya ke punggungku.

“ Ok, next please ” Sakti mempersilakan giliran berikut.

Bastian langsung menyambut tubuhku dan memapahku berdiri. Disandarkannya punggungku pada dinding lift lalu dia menShinum bibirku dengan lembut sambil tangannya menelusuri lekuk-lekuk tubuhku, kami ber-french kiss dengan panasnya. Serangan Bastian mulai turun ke payudar saya, tapi cuma dia kulum sebentar, lalu dia turun lagi hingga berjongkok di depan M3mek saya. Gesper dan resleting rokku dia lucuti hingga rok itu merosot jatuh. Dia menatap dan mengendusi M3mek saya yang tertutup rambut lebat itu, tangan kanannya mulai mengelusi kemaluanku sambil mengangkat paha kiriku ke bahunya. Jari-jarinya mengorek liang M3mek saya hingga mengenai klitoris dan G-spotku.

“ Sshh.. Di.. Oohh.. Aahh!! ” desisku sambil meremas rambutnya ketika lidahnya mulai menyentuh bibir M3mek saya.

saya mengigit-gigit bibir menikmati jilatan Bastian pada M3mek saya, lidahnya bergerak-gerak seperti ular di dalam M3mek saya, daging kecil sensitifku juga tidak luput dari sapuan lidah itu, kadang diselingi dengan hisapan. Hal ini membuat tubuhku menggeliat-geliat, mat saya terpejam menghayati permainan ini. Tiba-tiba kurasakan sebuah gigitan pelan pada pentil kiriku, mat saya membuka dan menemukan kepala Sakti sudah menempel di sana sedang mengenyot payudar saya. Ridho berdiri di sebelah kananku sambil meremas payudar saya yang satunya.
“ Shin, payudara lu gede banget sih, ukuran BH-nya berapa nih? ” tanyanya.

“ Eenngghh.. Gua 34B.. Mmhh! ” jawabku sambil mendesah.

“ Udah ada pacar lo Shin? ” tanyanya lagi.

saya hanya menggeleng dengan badan makin menggeliat karena saat itu lidah Bastian dengan liar menyentil-nyentil klitorisku. Sensasi ini ditambah lagi dengan Ridho yang menyapukan lidahnya yang tebal ke leher jenjangku dan mengelusi bokongku. Sebelum sempat mencapai klimaks, Bastian berhenti menjilat M3mek saya. Dia mulai berdiri dan menyuruh kedua temannya menyingkir dulu.

“ Minggir dulu jek.. Gua mo nyoblos nih! Walah.. Nih toked jadi bau jigong lu gini Ful! ” omelnya pada Sakti yang hanya ditanggapi dengan seringainya yang mirip kuda nyengir.

Paha kiriku diangkat hingga pinggang, lalu dia menempelkan kepala P3nisnya pada bibir M3mek saya dan mendorongnya masuk perlahan-lahan.

“ Ooh.. Di.. Aahh.. Ahh! ” desahku dengan memeluk erat tubuhnya saat dia mel sayakan penetrasi.

“ Aakkhh.. Yahud banget memek lu Shin.. Seret-seret basah! ”

Kemudian Bastian mulai memompa tubuhku, rasanya sungguh sulit dilukiskan. P3nis kokoh itu menyodok-nyodokku dengan brutal sampai tubuhku terlonjak-lonjak, keringat yang bercucuran di tubuhku membasahi dinding lift di belakangku. Eranganku kadang teredam oleh lumatan bibirnya terhadapku. Senjatanya keluar-masuk berkali-kali hingga membuat mat saya merem-melek merasakan sodokan yang nikmat itu. saya pun ikut maju mundur merespons serangannya. Saat itu kedua temannya hanya menonton sambil memegangi senjata masing-masing, mereka juga menyoraki Bastian yang sedang menggenjotku seolah memberi semangat.

Sementara dia berpacu di antara kedua pah saya, saya mulai merasakan klimaks yang akan kembali menerpa. Tubuhku bergetar hebat, pelukanku terhadapnya juga semakin erat. Akhirnya keluarlah desahan panjang dari mulutku bersamaan dengan melelehnya cairan kewanitaanku lebih banyak daripada sebelumnya. Namun dia masih bersemangat menggenjotku, bahkan bertambah kencang dan bertenaga, nafasnya yang menderu-deru menerpa wajahku.

“ Uuhh.. Uuh.. Shin.. Yeeahh.. Hampir! ” geramnya di dekat wajahku.

Tubuhnya berkelojotan diiringi desahan panjang, kemudian ditariknya P3nisnya lepas dari M3mek saya dan menyemprotlah isinya di perutku. Dia pun lalu ambruk ke depanku sambil memagut bibirku mesra. Karena Bastian melepaskan pegangannya terhadapku, pelan-pelan tubuhku merosot hingga terduduk bagai tak bertulang, begitu pun dengannya yang bersandar di lift dengan nafas ngos-ngosan. Saya meminta Sakti mengambilkan tissue dari tasku, saya lalu menyeka keringat di keningku juga ceceran pejuh pada perutku sambil menjilat jari-jariku untuk mendapatkan ceceran pejuh itu.
Hingga kini pakaian yang masih tersisa di tubuhku cuma sepatu dan baju yang telah tergulung ke atas. Tenggang waktu ke babak berikutnya kurang dari lima menit, Ridho setelah meminta ijin dahulu, memegangi kedua pergelangan kakiku dan membentangkannya. Ditatapnya sebentar lubang merah merekah di tengah bulu-bulu hitam itu, kedua temannya juga ikut memandangi daerah itu.

“ Ayo dong.. Pada liatin apa sih, malu ah! ” kat saya dengan memalingkan muka karena merasa risi dipelototi bagian ituku, namun sesungguhnya saya malah menikmati menjadi objek seks mereka.

“ Hehehe.. Malu apa mau nih! ” ujar Sakti yang berjongkok di sebelahku sambil mencubit pentilku.

“ Lu udah gak virgin sejak kapan Shin? Kok memeknya masih OK? ” tanya Ridho sambil menatap liang itu lebih dekat.

“ Enam belas, waktu SMA dulu ” jawabku.

Kami ngobrol-ngobrol sejenak diselingi senda gurau hingga akhirnya saya meminta lagi karena gairahku sudah kembali, ini dipercepat oleh tangan-tangan mereka yang selalu merangsang titik-titik sensitifku. Ridho menarikku sedikit ke depan mendekatkan P3nisnya pada M3mek saya lalu mengarahkan benda itu pada sasarannya. Uuh.. M3mek saya benar-benar terasa sesak dan penuh dijejali oleh P3nisnya yang perkasa itu. Cairan M3mek saya meliShinnkan jalan masuk baginya.

“ Aa.. aadduhh, pelan-pelan dong! ” saya mendesah lirih sewaktu Ridho mendorong agak kasar.

Sambil menggeram-geram, dia memasukkan P3nisnya sedikit demi sedikit hingga terbenam seluruhnya dalam M3mek saya.

“ Eengghh.. Ketat abis, memek Shinna emang sipp! ” ceracaunya.

Dia menggenjot tubuhku dengan liar, semakin tinggi tempo permainannya, semakin saya dibuatnya kesetanan. Sementara Sakti sedang asyik bertukar ludah denganku, lidahku saling jilat dengan lidahnya yang ditindik, tanganku menggenggam P3nisnya dan mengocoknya. Sebuah tangan meraih payudar saya dan meremasnya lembut, ternyata si Bastian yang berlutut di sebelahku.

“ Bersihin dong Shin, masih ada sisa tadi! ” pintanya dengan menyodorkan P3nisnya ke mulutku saat mulut Sakti berpindah ke leherku.

Serta merta kuraih P3nis itu, hhmm, masih lengket-lengket bekas persenggamaan barusan, kupakai lidahku menyapu batangnya, setelah beberapa jilatan baru kumasukkan ke mulut, saya dapat melihat ekspresi kenikmatan pada wajahnya akibat teknik oralku. Tak lama kemudian, Sakti berkelojotan dan bergumam tak jelas, sepertinya dia akan klimaks. Melihat reaksinya kupercepat kocokanku hingga akhirnya crot.. crot.. Pejuhnya berhamburan mendarat di sekitar payudara dan perutku, tanganku juga jadi belepotan cairan seperti susu kental itu. Saat itu saya masih menikmati sodokan Ridho sambil mengulum P3nis Bastian. Kemudian Bastian mengajak berganti posisi, saya dimintanya berposisi doggy, Ridho dari belakang kembali menusuk M3mek saya dan dari depanku Bastian menjejalkan P3nisnya ke mulutku.

Kulumanku membuat Bastian berkelojotan sambil meremas-remas rambutku sampai ikat rambutku terlepas dan terurailah rambutku yang sebahu itu. P3nis itu bergerak keluar-masuk semakin cepat karena M3mek saya juga sudah basah sekali. Tidak sampai sepuluh menit kemudian muncratlah pejuh Bastian memenuhi mulutku, karena saat itu genjotan Ridho bertambah ganas, hisapanku sedikit buyar sehingga cairan itu tumpah sebagian meleleh di pinggir bibirku. Setelah Bastian melepas P3nisnya, saya bisa lebih fokus melayani Ridho, saya ikut menggoyang pinggulku sehingga sodokannya lebih dalam.

Bunyi ‘plok-plok-plok’ terdengar dari hentakan selangkangan Ridho dengan bokongku. Mulutku terus mengeluarkan desahan-desahan nikmat, sampai beberapa menit kemudian tubuhku mengejang hebat yang menandakan orgasmeku. Kepal saya menengadah dan mat saya membeliak-beliak, sungguh fantastis kenikmatan yang diberikan olehnya. Kontraksi otot-otot kemaluanku sewaktu orgasme membuatnya merasa nikmat juga karena otot-otot itu semakin menghimpit P3nisnya, hal ini menyebabkan goyangannya semakin liar dan mempercepat orgasmenya. Dia mendengus-dengus berkelojotan lalu tangannya menarik rambutku sambil mencabut P3nisnya.

“ Aduh-duh, sakit.. Mau ngapain sih? ” jeritku.

Dia tarik rambutku hingga saya berlutut dan disuruhnya saya membuka mulut. Di depan wajahku dia kocok P3nisnya yang langsung menyemburkan lahar putih. Semburan itu membasahi wajahku sekaligus memenuhi mulutku.

“ Gila, banyak amat sih, sampai basah gini gua! ” kat saya sambil menjilati P3nisnya mel sayakan cleaning service.

Setelah menuntaskan hasrat, Ridho melepaskanku dan mundur terhuyung-huyung sampai bersandar di pintu lift dimana tubuhnya merosot turun hingga terduduk lemas. Dengan sisa-sisa tenaga saya menyeret tubuhku ke tembok lift agar bisa duduk bersandar. Suasana di dalam lift jadi panas dan pengap setelah terjadi pergulatan seru barusan. saya mengatur kembali nafasku yang putus-putus sambil menjilati pejuh yang masih belepotan di sekitar mulut, saya bisa merasakan lendir hangat yang masih mengalir di selangkanganku. Bastian sudah memakai kembali celananya tapi masih terduduk lemas, dia mengeluarkan sebotol aqua dari tas lusuhnya, Sakti sedang berjongkok sambil menghisap rokok, dia belum memakai celananya sehingga batang kemaluannya yang mulai layu itu dapat terlihat olehku, Ridho masih ngos-ngosan dan meminta Bastian membagi minumannya.




Setelah minum beberapa teguk, Ridho menawarkan botol itu pad saya yang juga langsung kuraih dan kuminum. Kuteteskan beberapa tetes air pada tissue untuk melap wajahku yang belepotan.
Kami ngobrol-ngobrol ringan dan bertukar nomor HP sambil memulihkan tenaga. saya mulai memunguti pakaianku yang tercecer. Setelah berpakaian lengkap dan menguShinr kembali rambutku, kami bersiap-siap pulang. Bastian menekan tombol lift dan lift kembali meluncur ke bawah. Lantai dasar sudah sepi dan gelap, jam sudah hampir menunjukkan pukul tujuh. Lega rasanya bisa menghirup udara segar lagi setelah keluar gedung ini, kami pun berpisah di depan gedung komunikasi, mereka keluar lewat gerbang samping dan saya ke tempat parkir. Dalam perjalanan pulang, saya tersenyum-senyum sendiri sambil mendengar alunan musik dari CD-player di mobilku, masih terngiang-ngiang di kepala saya kegilaan yang baru saja terjadi di lift kampus tadi, sungguh pengalaman gangbang yang gila bagiku. Selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar