Saya berasal dari Tasikmalaya dan sudah 2 tahun menempuh kuliah di Jakarta. Di sini aku tinggal di sebuah rumah kost yang dihuni banyak mahasiswa perantauan sepertiku. Kisah ini bermula ketika aku sedang berbelanja ke sebuah mall di Jakarta. Aku tidak sendirian, tapi bersama 2 gadis teman kostku, mereka adalah Diana dan Sinta.
Keduanya cantik dan sama-sama warga keturunan sepertiku. Diana adalah seniorku semester akhir, sama-sama jurusan manajemen denganku, sifatnya pendiam, banyak yang mengatakan dia judes karena jarang tersenyum, karena sifat tertutupnya inilah temannya cuma sedikit, tapi kalau sudah akrab ternyata orangnya baik dan menyenangkan.
Dia sering membantuku dalam tugas-tugas kuliah. Hubungan kami seperti kakak adik, orangnya putih cantik, tinggi, rambut panjang, wajah oval dan bodinya ideal, kalau dilihat-lihat mirip dengan Vivian Hsu, sedangkan Sinta seangkatan denganku tapi dari fakultas psikologi, pacarnya adalah salah satu temanku yang sedang belajar di luar negeri, sifatnya periang dan humoris, kadang-kadang suka bercanda kelewatan, tingginya skitar 160 cm, bodinya langsing, berambut lurus sebahu, wajahnya putih licin dengan hidung mancung, dia dan aku termasuk beberapa dari segelintir orang yang dekat dengan Diana. Malam itu langit sudah gelap kira-kira jam 19:00, kami sudah selesai berbelanja dan sedang menuju tempat parkir bertingkat.
Tempat itu sudah sepi dan gelap karena aku kebetulan parkir di tingkat agak atas jadi jarang ada kendaraan. Suasana di sana cukup menyeramkan hanya diterangi lampu remang-remang. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh 2 orang preman berpenampilan sangar yang menghadang jalan kami. “Hei babi, tunggu dulu kalo mau lewat serahin dulu duit yang kalian punya, ayo!” kata yang kurus gondrong itu. “Wah gile bawa cewek juga nih dia, cakep-cakep lagi, eh cewek mau main sama kita nggak!” timpal temannya yang berambut cepak. Aku segera bergerak menepis tangan si cepak ketika hendak mengelus pipi Diana yang tampak ketakutan. “Hei, hei.. kalau mau duit gua ada tapi jangan macam-macan sama temanku!” bentakku padanya.
Rupanya mereka tidak terima dan si gondrong mengeluarkan pisau lipatnya dan menyerang ke arahku, aku menghindar dan menangkap pergelangan tangannya, kupuntir dengan jurus aikido yang kupelajari sejak SMA, “Ci Diana, Sinta, cepat masuk ke mobil dan lari, jangan tunggu gua!” seruku pada mereka seraya memberi kunci mobil pada Diana, mereka segera masuk ke mobil dan kudengar mesin sudah dinyalakan tapi bukannya lari malah menungguku. “Heh bangsat, mau jadi jagoan loe, ayo kita hajar dia dulu Wan baru kita kerjain cewek-ceweknya,” kata yang gondrong pada temannya. Si cepak menerjang ke arahku tapi kutendang perutnya sampai terhuyung-huyung ke belakang. “Ayo masih berani maju?” tantangku dengan memasang kuda-kuda.
Yang cepak itu masih belum kapok, dia mengeluarkan pisaunya dan mencoba menusukku, kami sempat terlibat pertarungan seperti dalam film-film action. Tanganku sempat tersabet pisau dan membuat luka gores sepanjang kira-kira 10 cm, namun aku berhasil merebut pisau si gondrong dan kupatahkan pergelangan tangannya, sementara yang cepak terkena tinjuku pada mulutnya sehingga terlihat darah pada bibirnya. Sebenarnya aku mulai kewalahan tapi aku mencoba tetap tenang dengan menggertak mereka dengan pisau yang kurebut sambil berdoa dalam hati, kami terdiam sesaat lalu mereka perlahan-lahan mundur, membalikkan badan dan kabur entah kemana, akhirnya berguna juga ilmu bela diri yang kupelajari selama ini.
Aku segera masuk mobil, kusuruh Diana segera tancap gas, dengan wajah masih tampak tegang dia segera menjalankan mobil dan keluar dari situ. Sinta berkata padaku, “Ihh tangan kamu berdarah tuh, kamu nggak apa-apa?”. Sinta membantu mengobati lukaku dengan peralatan P3K di mobilku. “Leo, kamu nggak apa-apa, kita ke rumah sakit ya,” sambung Diana. “Ah nggak usah kok cuma luka gores aja, nggak sampai kena tulang lagi, tinggal diobatin dan diperban sendiri aja, kalian tenang sajalah, harusnya gua yang terima kasih pada kalian, kalian sudah gua suruh kabur dulu tapi malahan nungguin, kalau gua kalah tadi gimana coba!” “Leo, kamu masih anggap Cici ini temanmu nggak sih, kamu pikir kita tega ninggalin kamu sendirian kayak gitu!” kata Diana dengan ketus dan menatap tajam ke arahku.
“Udah Ci, lagi nyetir jangan marah-marah, Leo kan tadi kuatir keselamatan kita juga, uuhh.. kamu sih asal omong!” Sinta mencoba menenangkan sambil menyikut dadaku, aku diam saja daripada ribut sama cewek, bukannya takut tapi bikin pusing apalagi mendengar omelan Sinta kalau lagi bawel. Sesampainya di kost, aku menyuruh mereka istirahat saja supaya tenang, aku sendiri segera masuk kamar. Kira-kira jam 9 malam, aku sedang membaca tabloid Bola, pintuku diketuk, ternyata yang datang Diana dan Sinta yang sudah memakai pakaian tidur. “Loh, ngapain kalian berdua ke sini malam-malam begini?” tanyaku. “Kita cuma mau berterima kasih barusan itu, kamu tadi hebat banget deh Le, mirip Jet Lee aja aksinya,” puji Sinta dengan tersenyum. “Boleh kami masuk, ngobrol-ngobrol sebentar?” tanya Diana.
Akhirnya kupersilakan mereka masuk juga mumpung belum ada yang lihat. “Gimana lukamu Le, sori banget ya demi kita kamu jadi gini, kalo nggak ada kamu nggak tau deh gimana nasib kami,” kata Sinta sambil memegangi lenganku yang sudah diperban. “Ah luka kecil, nggak lama juga sembuh kok, kalian tenang deh.” “Le, kamu hebat deh tadi, makannya kita ke sini rencananya mau membalas budi nih, kami ada hadiah kecil buat kamu,” sahut Diana. “Oh, nggak usah Ci, kita kan temen kok pake hadiah-hadiahan segala.” “Eee, harus diterima lho kalo nggak gua nggak mau omong sama kamu lagi nih!” sambung Sinta setengah memaksa. “Ya, iya deh, aku terima aja biar kalian puas, makasih loh.” “Tapi loe tutup mata yah, soalnya ini surprise loh,” katanya lagi. “Wah, apa sih pake rahasia segala, ya udah deh, gua merem nih,” kataku.
Aku bersandar di ranjang sambil memejamkan mata, kudengar suara tirai ditutup dan Diana berkata, “Awas jangan ngintip ya, ntar batal loh hadiahnya!” disambung dengan suara Sinta ketawa cekikikan. Akhirnya aku merasakan salah seorang duduk di sampingku dan meraih tanganku. “Sudah siap?” ternyata suara Diana. “Sudah, boleh buka mata belum Ci?” “Tunggu bentar lagi.” jawabnya. Tanganku disentuh & diusapkan pada suatu benda kenyal olehnya. Betapa kagetnya aku ketika meraba benda itu ternyata adalah payudara wanita. Segera kubuka mata dan benar saja, Diana duduk di samping kiriku tanpa sehelai benangpun dan menumpangkan tanganku di payudaranya, sementara Sinta yang juga sudah polos mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu meja sehingga suasana menjadi remang-remang.
“Nah kalo gini kan jadi romantis suasananya.” katanya. Benar-benar kaget bercampur terangsang aku saat itu, aku baru pertama kalinya melihat mereka polos. Tubuh Diana ternyata benar-benar aduhai, perut rata, paha jenjang yang mulus, bulu kemaluan yang rapi dan lebat, dan payudaranya lumayan besar dan kencang, benar-benar mirip dengan Vivian Hsu yang sering kulihat gambar-gambar bugilnya. Tubuh Sinta tidak kalah menarik walaupun payudaranya tidak sebesar Diana, mungkin hanya 34 dengan puting merah muda dengan bulu kemaluan yang lebat pula. “Loh, kok.. kok begini sih, terima kasihnya kelewatan deh kayaknya,” kataku sedikit gagap dan jantungku berdebar kencang karena aku belum pernah main dengan perempuan lain selain pacarku sendiri.
“Tidak Le, kamu memang pantas menerimanya, jadi hutang budi ini impas,” jawab Diana lalu dia membuka ikat rambutnya sehingga rambut panjangnya tergerai bebas sedada. “Wah, Ci liat, mukanya merah tuh, dia malu sama kita kali,” kata Sinta sambil tertawa. “Nggak usah malu Le, kita kan temen dekat bukan orang lain,” kata Diana seraya membelai pipiku dan mencium bibirku. Imanku langsung runtuh karena perlakuan mereka, begitu bibirnya menempel di bibirku segera kusambut dengan tarian lidahku di mulutnya, lidah kami saling beradu dengan penuh nafsu, tanganku sudah mulai memijat-mijat buah dadanya dan mulai turun meraba-raba paha mulusnya naik lagi ke kemaluannya dan kuberikan sentuhan halus pada klistorisnya. Diana yang biasanya pendiam dan lemah lembut itu, malam itu begitu liar & penuh nafsu jauh dari yang sehari-hari.
Sinta tidak tinggal diam, dia memelorotkan celana trainingku dan CD-ku sehingga barangku yang sudah tegang menyembul keluar. “Wah besar juga nih, pantes si Vivi betah sama lu Le,” godanya. Dijilatinya senjataku dengan penuh nafsu, lalu dimasukkan ke mulutnya dan diemut-emut seperti seperti permen lolipop. Sementara ciumanku pada Diana sudah mulai turun ke dagunya, lalu ke leher. Kusibakkan rambut panjangnya ke samping kiri lalu kujilat-jilat leher kanannya, kugigit pelan sambil menyapunya dengan lidahku. Nafas Diana sudah mulai kacau matanya terpejam sambil mendesah dan meremas-remas rambutku, aku sendiri merasakan sensasi hebat pada batanganku yang sedang dikulum Sinta, baru pertama kalinya kurasakan kenikmatan bercinta dengan dua wanita.
Tanganku mulai naik dari kemaluannya menuju dadanya dan lidahku turun menuju sasaran yang sama, akhirnya kutangkap dada kanannya dengan tanganku dan dada kirinya dengan mulutku, disaat yang sama juga tangan kiriku mengelus-elus pantatnya yang indah itu. Puting yang ranum itu kusedot dan kutarik-tarik dengan mulutku dan dada kanannya kuremas-remas sambil memencet putingnya. Setelah beberapa saat kurasakan barangku mau meledak karena kuluman Sinta. “Sin, Sin udah stop dulu.. gua udah nggak tahan nih!” kataku terbata-bata. Akhirnya dia menghentikan kegiatannya dan berkata, “Lu gitu ah, masa mainnya sama Ci Diana terus, kamu nggak suka Sinta ya, ntar gua bilangin loh ke Ko Hendy (pacar Diana) biar digebuk hehehe..”
“Sori dong Sin, abis kan tadi Ci Diana yang mulai dulu, jadi dia yang duluan dapet.” “Ya udah, biar adil kita undi saja siapa yang lebih dulu melayani Leo, gimana Sin?” Diana memberi usul. Mereka berdua suit dan yang menang adalah Diana. “Yah, Sinta kalah, ya udah Cici duluan deh, jahat ah!” kata Sinta mencibir pada Diana. “Tenang Sin kamu juga ntar kebagian kok, Leo kan kuat, ya nggak,” kata Diana sambil melirik padaku. Kini Diana berbaring terlentang di ranjang dan Sinta duduk di tepi ranjang menunggu. Kuciumi sekujur tubuhnya mulai dari bibir dan sesampainya di kemaluan, kuangkat kedua kakinya ke bahuku sampai tubuhnya setengah terangkat lalu kudekatkan wajahku ke pangkal pahanya. Bulu-bulu lebat itu kusibakkan dengan jariku dan kujilati belahan di tengahnya.
Lidahku bermain-main dengan ganas di daerah itu membuat tubuh Diana mengelinjang-gelinjang disertai suara-suara rintihannya. Tidak kuhiraukan lagi bahwa gadis ini sebenarnya adalah seniorku dan kuanggap kakak angkatku yang harusnya kuhormati, yang terpikir saat itu hanyalah nafsu dan nafsu yang makin membara. Mendadak kurasakan sebuah tangan dengan jari-jarinya yang lembut menggenggam batang kemaluanku yang nganggur. Pemilik tangan lembut itu adalah Sinta yang tidak tahan hanya menjadi penonton. Dikocoknya batang kejantananku lalu dimasukkan ke mulutnya dan diemut-emut, sementara lidahku terus bekerja di liang kewanitaan Diana, tanganku membuka bibir kemaluan yang rapat itu sampai kulihat tonjolan kecil di tengahnya, dan kumasukkan lidahku lebih dalam lagi agar bisa menjilat benda itu.
Rintihan Diana makin menjadi-jadi sambil meremas-remas sprei dan Sinta berpindah menciumi payudara Diana. Sesaat kemudian kedua paha Diana mulai menjepit kepalaku, badannya tertekuk ke atas. “Oh, Leo.. akhhh.. ah!” Erangan itu diiringi menyemburnya cairan hangat berwarna bening membasahi mulutku, setelah itu kuturunkan badannya dan Sinta membantuku menjilati cairan yang masih tersisa di kemaluan Diana sampai bersih, tubuh Diana mulai melemas kembali. “Leo, kamu waktu main sama Vivi juga seperti ini ya, permainanmu bagus sekali,” puji Diana padaku. “Ah biasa aja kok Ci,” sahutku sambil memiringkan tubuhnya dan kuarahkan batangku ke lubang yang sudah basah itu.
Sedikit demi sedikit batang itu mulai tertancap di lubang itu diikuti desisan Diana sampai akhirnya dengan susah payah akhirnya mentok juga batangku di kemaluannya yang sempit itu. Setelah itu aku mulai memacu badanku maju mundur sambil meremas-remas payudaraya dan Sinta menjulurkan lidahnya untuk beradu dengan lidahku. Sungguh nikmat sekali rasanya menikmati pijatan-pijatan dinding liang kewanitaan Diana sambil memijat payudaranya dan bermain lidah dengan Sinta, sekali-sekali Sinta juga menjilati leher dan telingaku. Benar-benar aku merasakan diriku bagaikan seorang kaisar yang sedang dilayani selir-selirku saat itu. Beberapa saat kemudian aku merasa mau keluar dan berkata, “Ci, mau keluar sebentar lagi nih.” “Siram di mulut.. ohh.. ahhh.. di mulut Cici!” katanya lirih. Akhirnya kami klimaks bersama dan kusuruh dia membuka mulut untuk menyemprot spermaku.
Cairan putih kental membanjiri mulutnya sampai menetes di sekitar bibirnya, Sinta pun ikut menjilati spermaku yang masih berlepotan di batangku. Diana sekarang tergolek lemas dengan sisa-sisa sperma masih membekas di bibir, dagu, dan lehernya, sesudah mengatur nafas dia tersenyum padaku dan berkata, “Bisa-bisa besok pagi Cici nggak bisa kuliah gara-gara kecapean nih,” jarang-jarang dia tersenyum begitu, padahal wajahnya semakin manis kalau lagi senyum. “Sama Ci, saya juga gitu mungkin, sekarang Cici istirahat aja dulu deh, Sinta udah nggak sabar nih,” jawabku sambil merengkuh tubuh Sinta dalam pelukanku. “Sin, biarin Cici istirahat di ranjang dulu ya, kita mainnya di tempat lain dulu, oke..” “Ya terserah kamu deh, asal jangan di luar kamar, kan malu,” katanya sambil memencet hidungku dengan nakal. “Ya, iyalah masa di luar sih, dasar cewek sableng,” kataku sambil membantunya berdiri.
Kami berdiri berhadapan saling peluk tanpa mengenakan selembar benangpun, kutatap wajah dan matanya dalam-dalam, semakin dilihat semakin cantik. Kurapatkan dia ke tembok, kukecup keningnya merambat ke telinganya dimana aku berbisik, “Sin, kamu pernah melakukan ini pada siapa saja?” “Baru loe, Andry, dan bekas pacar gua di SMA, loe sendiri gimana Le, gua ini cewek keberapa yang luperlakukan begini?” Aku terdiam sesaat lalu kujawab, “Selain Vivi dan Ci Diana mungkin kamu yang ketiga dan terakhir bagiku Sin.” “Kenapa loe bilang aku yang terakhir Le?” “Ya, karena aku sudah berdosa pada Vivi, aku tidak mau menambahnya lagi.” “Hihihi, ternyata masih ada juga pria lugu seperti kamu Le.”
Lalu dia berkata di dekat telingaku, “Jadi loe belum bisa membedakan antara seks dan cinta,” habis menyelesaikan kata-kata dia langsung mengulum telingaku dan kubalas dengan meraba punggung mulus dan pantatnya. Kami saling raba bagian-bagian sensitif selama beberapa saat dan kini kuangkat kaki kanannya masih dalam posisi berdiri dengan bersandar di tembok. Pelan-pelan kumasukkan batang kemaluanku ke liang yang sudah becek itu, benar-benar sempit milik Sinta ini, lebih sempit dari Diana sehingga dia meringis kesakitan sambil mempererat cengkramannya di pundakku saat kumasukkan batangku. “Aduhh.. ahhh.. pelan-pelan Le, sakit.. ahh..!” Sedikit demi sedikit batangku sudah masuk setengahnya.
Kuhentikan gerakanku sejenak sambil berkata, “Sin, kamu siap?” “Siap apaan sih.. aawww…sakittt!” jeritnya. Sebab saat dia bilang ‘sih’ kuhujamkan sekuat tenaga sisa batangku yang belum masuk sampai mentok dan kurasakan kepala batang kejantananku menghantam dasar kemaluannya dengan kuat sehingga tubuhnya tersentak dan matanya membelakak kaget, telapak tanganku sudah kusiapkan di belakang kepalanya agar ketika terkejut kepalanya tidak membentur tembok. “Jahat loe, bikin kaget gua aja,” tanpa banyak bicara lagi kugerakkan pantatku maju mundur membuatnya mengerang-erang setiap kusentakkan tubuhku ke depan. Dadaku saling bergesekan dengan dadanya. Sambil terus menggenjot kuciumi terus bibirnya sehingga erangannya tertahan, yang terdengar hanya suara, “Emmhhh.. emmhh.. emhmm..”
Beberapa saat kemudian tubuhnya kurasakan seperti menggigil dan dia mempererat pelukannya, demikian juga aku makin erat memeluknya sampai kurasakan hangat pada batang kejantananku disusul keluarnya cairan bening dari liang senggama Sinta, cairan itu mengalir deras dari sumbernya terus turun ke pahanya dan sampai ke ujung kakinya. Perlahan-lahan gerakanku melemah dan akhirnya berhenti, kuturunkan kakinya dan kulepaskan batangku yang masih menancap di kemaluannya. Tubuh Sinta yang sudah basah kuyup oleh keringat melemas kembali dan merosot sampai terduduk di lantai, keringat di punggungnya membasahi tembok di belakangnya. Kuambil tisu lalu kubersihkan cairan kenikmatan yang mengalir membasahi tungkainya.
Kami berdua terdiam sesaat memulihkan tenaga kami yang terkuras. Setelah kurasa segar kembali kuperhatikan dia yang masih terduduk lemas di lantai dengan kaki kiri ditekuk, mataku terpaku mengagumi keindahan tubuhnya membuat gairahku bangkit kembali. “Ngapain sih loe, serem amat melototin gua kaya gitu,” katanya sambil menyilangkan kedua tangan menutupi dadanya. Tanpa menjawabnya kutarik lengannya lalu kubuat posisinya berdiri membelakangiku dengan kedua tangannya bertumpu di pinggir meja belajarku. “Aduh.. tunggu dulu Le, gua masih capek, loe jahat ih!” Dengan segera kubasahi batang kejantananku dengan ludah lalu kumasukkan ke lubang pantatnya dengan paksa dan kuhentakkan biasa saja tapi dia malah menjerit histeris,
“Awww.. sakit, toloongg!” Jeritannya ini sempat membuatku kaget juga karena kencang sekali, aku takut sampai mengundang perhatian tetangga sebelahku, untungnya lokasi kamarku ini agak di ujung namun jeritannya tadi cukup luar biasa. Aku melepaskan sebentar tusukanku dan mengintip dari jendela apakah ada yang datang ke sini, lega aku melihat koridor masih sepi tanpa suara dan kamar sebelahku juga sudah gelap, kurasa dia sudah terlelap. Kudekati Sinta masih tetap dalam posisinya. “Aduh Sin, itu suara tolong dikecilin dong volumenya, gawat nih kalo ada yang tau, pake tolong segala lagi, bisa-bisa dikira ada pembunuhan.” Dasar cewek bandel, dia malah sambil tertawa berkata, “Lucu tampang kamu lagi panik Le, masa kamu lupa si Ferry tetangga sebelah loe kan lagi pulang makanya gua kagetin loe, ini balasan waktu tadi ngagetin gua (ketika posisi berdiri), jadi kita seri hihihi!”
“Ooo jadi loe sengaja ya, awas loe ayo sini tunggu ya balasan gua ntar!” kataku menghampirinya. Dia malah berkelit sambil berlari kecil. “Wek, sini tangkep kalo bisa,” ejeknya dengan menjulurkan lidah. “Cewek bandel, awas kalo kena ya!” “Lho kalian lagi ngapain, kok kayak anak kecil aja sih, dari tadi ribut terus,” kata Diana yang sudah bangun. “Ini Ci, gua lagi kasih pelajaran buat si bandel nih.” Akhirnya kutangkap setelah dia terdesak di lemari pakaianku di sudut ruangan, kupeluk dia dari belakang, “Nah ketangkep loe sekarang, mau ke mana lagi.” “Hihihi Leo ampun ah, jangan kasar-kasar!” dia masih tertawa-tawa ketika itu, lalu aku membuat posisinya seperti tadi lagi, kini kedua tangannya yang bertumpu pada lemari. “Sekarang tau rasa nih balesan gua!” kataku dengan senyum penuh kemenangan.
Kutuntun batang kejantananku memasuki lubang pantatnya yang sempit, sedikit demi sedikit akhirnya amblas seluruhnya. Waktu kumasukkan suara tawanya perlahan-lahan berubah menjadi suara rintihan, senyumnya sirna berganti menjadi ekspresi kesakitan, “Hi.. hi.. hi.. Leo udah ah, lepasin ah.. ahhhh.. jangan.. ahhh.. sakit..!” Mendengar rintihan tak karuan itu nafsuku semakin bangkit, pinggulku segera bergerak maju mundur dengan ganas. Dasar sifatnya bawel, waktu bertempurpun dia masih sempat berceloteh sambil merintih, “Akhh.. kamu.. sadis.. ah.. ntar gua mau.. ohhh.. lapor.. aakhh.. sama.. sama Vivi.. ahhh!” Pinggulnya ikut berpacu menyelaraskan dengan gerakanku, yang paling enak adalah saat sentakan kita saling berlawanan arah sehingga menambah tenaga tusukanku agar menancap lebih dalam, bila sudah begitu selalu histeris tapi tidak sehisteris waktu mengagetkanku tadi.
Payudaranya juga ikut berayun-ayun kesana kemari, kedua putingnya kutangkap dengan jariku, kupuntir, kutarik, dan kupencet tanpa menyentuh dadanya, aku sengaja berbuat begitu agar dia penasaran dan memohon padaku. Benar saja perkiraanku setelah beberapa lama kumainkan putingnya tanpa menyentuh dadanya dia mulai memohon. “Le.. ahh.. kamu kok.. ooohh.. cuma mainin.. aahhh putingnya.. remas dadaku Le.. please!” “Hehehe.. gua kan udah janji mau ngebales loe tadi, tunggu aja sampai saatnya nanti Sin, hehehe,” jawabku sambil tetap menggenjot lalu tangan kiriku menjambak rambutnya hingga kepalanya menengadah ke atas. “Aaawww.. kamu.. kamu.. ahhh.. jahat.. kasar.. awas ya nanti!” Puas hatiku menyiksa si bandel ini hingga tak berkutik memohon-mohon padaku.
Menurutku bercinta dengannya lebih enak daripada Diana yang agak pasif, Sinta cukup pintar mengimbangi gerakan-gerakanku, staminanya pun lebih baik sedangkan Diana belum apa-apa sudah takluk, maklum Sinta ini orangnya rajin fitness. “Uaah.. mau keluar Sin!” jeritku ketika mau mencapai puncak. “Gua juga.. aaahh.. ayo perdalam lagi.. ouchhh!” “Uahhh…” begitu spermaku muncrat aku langsung berteriak dan meremas kedua buah dada Sinta dengan keras disusul pula oleh jeritannya. “Aaakkhhh sakiitt.. eeenakk..!” Tanpa melepas batang kejantananku ,kepalaku menyelinap ke balik ketiak kirinya, sasaranku adalah puting susu yang ranum itu. Mulutku menangkap benda itu lalu kusedot dengan gemas sementara tanganku masih meremas buah dadanya. Kubalikkan tubuhnya hingga kami saling berdiri berhadapan.
DOMINO ONLINE UANG ASLI
“Sin, kamu nggak menyesal melakukannya padaku?” tanyaku, dia hanya menggeleng dengan nafas yang masih memburu, tubuhnya licin mengkilap karena berkeringat. “Le gua capek berdiri terus, bantu gua ke ranjang dong,” pintanya. Maka kugendong dia ke ranjang dengan kedua tanganku sambil bercumbu mesra, kubaringkan dia di sebelah Diana yang sudah bangun, lalu aku duduk di tepi ranjang karena ranjangku tidak cukup berbaring 3 orang. “Wuiiih main sama Sinta ribut banget, sori ya ngebangunin Cici nih,” kataku pada Diana. “Eee.. loe yang sadis kok masih nyalahin gua, awas ya!” kata Sinta sambil menangkap kemaluanku dan menggenggamnya erat. “Idiih.. idihh.. gitu ya, lepasin Sin malu tuh diliatin Ci Diana!”
“Minta ampun dulu, kalo nggak kagak bakalan gua lepas nih!” “Iya, sori.. sori deh yang mulia putri, sekarang lepas dong!” gila bukannya dilepas malahan dijilatinya batang kejantananku yang masih ada sisa-sisa sperma dan cairannya itu. “Kalian kok berantem melulu sih, lucu ah!” kata Diana lalu dia mendekati kami dan ikut menjilati batang kejantananku. Aku jadi merem melek keenakan menikmati permainan mulut mereka sambil mengelus-elus rambut indah Diana. Aku lalu menyandarkan badanku di ujung ranjang agar lebih nyaman, kedua gadis cantik ini kini berada di depanku sedang mempermainkan kemaluanku. Jilatan demi jilatan, emutan demi emutan membuatku menyemburkan kembali maniku namun kali ini sudah tidak banyak lagi yang keluar akibat terkuras pada ronde-ronde sebelumnya.
Dengan rakusnya mereka berebutan melahap cairan putih itu sampai habis bersih, pada bibir-bibir mungil itu masih terlihat percikan spermaku. Mereka lalu menyuruhku telentang di ranjang, aku tidak tahu mereka mau apa lagi tapi kuturuti saja. Diana lalu naik ke atas kemaluanku dan memasukkan batang itu hingga terbenam dalam kemaluannya, kemudian dia mulai bergoyang-goyang naik turun seperti naik kuda. Sinta naik ke atas wajahku berhadapan dengan Diana dan menyuruhku agar menjilati kemaluannya. Sambil kuelus-elus pantat yang mulus itu, lidahku menjelajahi liang kemaluannya, gerakan lidahku bervariasi dari berputar-putar membuat lingkaran, mempermainkan klitorisnya, menggigit lembut klistorisnya, menusukkan jari tengahku sampai mendorong-dorongkan lidahku ke liang itu.
Tanganku bargantian memijati kedua payudara Sinta dan mengelus paha serta pantatnya, suatu ketika kuraba payudaranya, tanganku juga bertemu tangan Diana di situ, jadi masing-masing payudara Sinta dipijati 2 tangan. Suara desahan mereka berdua memenuhi kamarku, terkadang suara itu berubah menjadi, “Emhhh.. emhhh.. emhh!” sepertinya itu suara mereka berdua sedang berciuman sehingga desahannya terhambat, aku tidak tahu persis karena waktu itu pandanganku tertutup tubuh Sinta. Goyangan pinggul Sinta bertambah dahsyat ditambah lagi jepitan pahanya terkadang mengencang membuatku agak kewalahan mengatasinya, sementara Diana yang tidak kalah gilanya makin mempercepat gerakannya sehingga terasa sedikit sakit pada buah pelirku akibat tindihannya.
Aku pun tak mau kalah, kubalas dengan menggerakkan pinggulku, kurasakan batang kejantananku sudah terasa licin dan hangat oleh cairan yang keluar dari liang kewanitaannya, bersamaan dengan itu terdengarlah jeritan histeris Diana yang tidak lama sesudahnya disusul erangan Sinta dan tetesan cairan kenikmatannya ke wajahku. Tubuh keduanya mengejang di atas tubuhku selama beberapa saat, kurasakan goyangan Diana mulai melemah sampai akhirnya berhenti, Sinta turun dari wajahku dan langsung menjatuhkan diri di sampingku.
Kulihat tampang Diana sudah kusut, rambut panjangnya berantakan sampai menutupi sebagian wajahnya dan tubuhnya sudah bermandikan keringat, dia jatuh telungkup di atasku, payudaranya menindih dadaku, empuk dan nikmat sekali rasanya, lebih enak dari ditindih bantal bulu angsa sekalipun. Begitu bahkan Diana, gadis bagaikan gunung es itu sudah tidak perawan lagi, tapi aku tidak peduli soal itu yang penting kenikmatan yang kudapat waktu itu sangat hebat, lagipula liang kemaluan mereka masih sempit karena menurut pengakuan mereka jarang melakukannya karena pacar mereka tinggal terpisah jadi jarang bertemu.
Gara-gara permainan liar malam itu besok paginya aku tidak ikut kuliah jam 7 karena tubuhku pegal-pegal terutama bagian pinggang seperti mau copot rasanya, kumatikan wekerku dan meneruskan tidur sampai jam 10.00 ketika si bandel Sinta menggedor pintuku, “Wei.. wei.. bangun pemalas, semalam ngapain aja loe!”
Sebagai
pasangan suami istri muda yang baru setahun berumah tangga, kehidupan
keluarga kami berjalan dengan tenang, apa adanya dan tanpa masalah.
Saya, sebut saja Ratna (23), seorang sarjana ilmu pemerintahan. Usai
tamat kuliah, saya bekerja pada kantor pemerintah daerah di Solo. Kulit
tubuh saya putih bersih, tinggi 163 cm dan berat 49 kg. Sementara ukuran
bra 34b.
Sementara, suami saya juga ganteng. Rio namanya.
Umurnya tiga tahun diatas saya atau 26 tahun. Bergelar insinyur, ia
berkerja pada perusahaan jasa konstruksi. Rio orangnya pengertian dan
sabar.
Soal hubungan kami, terutama yang berkaitan dengan
‘malam-malam di ranjang’ juga tidak ada masalah yang berarti. Memang
tidak setiap malam. Paling tidak dua kali sepekan, Rio menunaikan
tugasnya sebagai suami.
Hanya saja , jika hasrat saya sedang
meninggi ,dan Rio menolak berhubungan badan dengan alasan lelah , itu
membuat saya kecewa. Memang saya akui kalau soal yang satu ini , saya
lebih agresive .
Bila Rio sudah berkata, “Kita tidur ya,” maka saya pun menganggukkan kepala meski saat itu mata saya masih belum mengantuk.
Akibatnya,
tergolek disamping tubuh suami , dengan mata yang masih nyalang itu,
saya sering , menghayal. Menghayalkan banyak hal. Tentang jabatan di
kantor, tentang anak, tentang hari esok , sampai tentang ranjang.
Seperti
cerita Ani atau Indah di kantor, yang setiap pagi selalu punya cerita
menarik tentang apa yang mereka perbuat dengan suami mereka pada
malamnya.
Kalau sudah begini , tanpa saya sadar , vagina saya
mulai berlendir . Untuk mengobati kekecewaan dengan suami saya , saya
melakukan mastubasi . Tak ada jalan lain , entah apa kah saya seorang
hypersex .
Suatu malam sepulang makan malam di salah satu resto
favorit kami, entah mengapa, mobil yang disopiri suami saya menabrak
sebuah sepeda motor. Untung tidak terlalu parah betul. Pria yang membawa
sepedamotor itu hanya mengalami lecet di siku tangannya.
Namun,
pria itu marah-marah. “Anda tidak lihat jalan atau bagaimana. Masak
menabrak motor saya. Mana surat-surat mobil Anda? Saya ini polisi!”
bentak pria berkulit hitam , berperut buncit itu pada suami saya.
Kulihat
sorot matanya tajam memandang diriku . Ketika mataku sejajar dengan
matanya , aku menerima sinyal sinyal , aneh . Matanya seperti mengirim ,
sinyal birahi ke otakku . Aku segera menghindar , memalingkan mukaku.
Setelah
bernegosiasi dengan suamiku , Kemudian dicapai kesepakatan, suami saya
akan memperbaiki semua kerusakan motornya. Sementara motor itu
dititipkan pada sebuh bengkel. Orang berperut buncit itu , yang kemudian
kita ketahui bernama Karyo , pun setuju .
Akhirnya kita
melanjutkan , perjalanan dan tiba dirumah . Entah kenapa , sosok Karyo
membayangiKu , dan membuatKu agak birahi . Aku masuk ke kamar mandi,
untuk mencuci muka , dan menganti pakaian .
Untuk mengoda suamiKu
, aku mengenakan pakaian tidur tipis , tanpa bra . Lalu aku kembali ke
kamar tidur . Aku memerima kekecewaan , suamiku terlihat sudah tertidur
pulas .
Aku dengan membawa rasa kecewa , berbaring di samping
suamiku . mataku menerawang jauh . Tiba tiba ruangan tidurku menjadi
gelap , tubuhku kehilangan gaya gravitasi , seakan tubuhku melayang .
Dan
aku meresa sesak , tubuhku di himpit sosok bertubuh besar , aku
berusaha sekuat tenaga mendorongnya . Sosok itu mundur beberapa langkah ,
saat itu juga ruang kamarku kembali terang .
Kudapati Karyo ,
dengan mimik muka , penuh nafsu menghapiriku . Tubuhku bagai kehilangan
tenaga . Dia merambet baju tidurku , dan merobek begitu saja . Kemudian
tangan tangannya yang kasar , meremas buah dadaku , aku merasa sakit
sekali . “ lepaskan , tolong .. tolong… “ pekik panikKu .
Lidahnya
yang terlihat kasar , menjulur keluar , dan mengenai putting susuku .
Saat itu juga , getaran getaran birahi merasuk tubuhku . Aku mendesah
kenikmatan . Lidahnya turus berputar , memberi sensasi nikmat di puting
susuKu yang mulai membesar.
Tanpa kusadar , bagian bawah tubuhku
mulai berlendir . Lidah Karyo terus turun dan turun , pusar ku pun di
gelitik oleh lidah kasarnya . Lidah kasar itu tak bisa berhenti , dan
terus memberiku rasa yang sangat nikmat .
Makin kebawah , terus dan lidah itu mulai menjilati bagian paling pribadi di tubuhKu.
Aku
mengerang , merasakan nikmat yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya .
Lidah itu terus menjilati selangkangan celana dalamku . Tapi rasanya
lidah itu bersentuhan langsung ke klitorisku .
Aku mendesah desah
, dengan penuh nafsu . Pinggulku bergoyang seirama dengan jilatan Karyo
. Dan terus begitu , sampai tubuhku mengeram , kejang . Aku menjerit
sekeras mungkin “ Aghhh aku aku keluarrr “ .
Tubuhku mengeliat ,
menikmati orgasme yang di berikan Karyo . Sesaat kemudian Karyo , hendak
menarik turun celana dalamKu . Saat itu aku teringat suamiku tercinta .
Segera Kakiku dengan kuat mendengan tubuhnya .
Karyo hanya
tersenyum , dan dia mengambil pentungannya . Pentungan yang selalu
dibawanya . Pentungan hitam sepanjang 60 cm , di hantam keras ke perutku
. Aku menjerit , menerima rasa sakitnya . Berkali kali Karyo memukulku
dengan pentungan itu . Sampai tubuhku terasa lemas .
Tak bisa
kulawan lagi , saat dia menarik turun celana dalamku . Matanya jalang ,
menatap vaginaKu dengan bukit berbulu , yang sangat berlendir itu . Dia
segera membuka celananya dan aku bergidik .
Pak Karyo tidak
mempunyai penis . Yang tegak mengantung itu adalah pentungan hitam yang
di gunakan memukul tubuhku tadi . Aku menjerit jerit , ini monster ,
bukan manusia . Karyo semakin mendekat , pentungan yang mengantung di
selangkangannya itu terus mendekat ke liang vaginaku . “ tolong ,
hentikan tolong , tolong “ jaritKu .
Dan tiba , tiba aku merasakan sakit yang luar biasa di vaginaKu . Dan ruang kamarku menjadi terang benderang menyilaukan.
Aku terbangun dari mimpi yang aneh itu.
Peluh
membasahi tubuhKu . Kulihat suamiku masih terlelap . Perlahan Aku
beranjak dari ranjang , dan mengambil air minumku . Aku meminum segela
air , untuk menghilangkan rasa kering di tenggorokanku .
Aku ke
kamar mandi , membuka celana dalamku , dan duduk di kloset . Aku
mendapati celana dalamku basah sekali , begitu juga vaginaku .
Jari
jariku menyentuh klitorisku , dan kembali sinyal sinyal birahi , aktif
di otakku . Jari jari ku terus bermain di klitorisku , tubuhku menerima
rasa nikmat . Terus dan terus , sampai aku mengejang , mencapai puncak
birahiKu di atas kloset itu.
Esoknya, setelah menjemput saya di
kantor, Suami saya mengajak saya mampir ke rumah Karyo . “ untuk apa ,
mas ? “ tanyaku . “ yah , kita silaturami saja , kan tak enak rasanya ,
aku telah menabraknya “ kata suamiKu .
Aku mengalah , sebenar aku
tak mau ketemu Karyo , apalagi sejak mimpiku yang aneh itu . Dan Aku
tak pernah menceritakan mimpi itu pada siapa pun , tak terkecuali
suamiKu sendiri .
kami pun pergi ke rumah Karyo . Setelah berbasa
basi dan minta maaf, Suami saya mengatakan kalau sepedamotor Pak Karyo
sudah diserahkan anak buahnya ke salah satu bengkel besar. Dan akan siap
dalam dua atau tiga hari mendatang.
Sepanjang Rio bercerita, Pak
Karyo tampak cuek saja. Ia menaikkan satu kaki ke atas kursi. Sesekali
ia menyeruput secangkir kopi yang ada di atas meja.
Yang saya
tahu matanya terus jelalatan menatap tubuhku . Dan tiap kali matanya ,
bertemu mataku , ada getaran aneh yang kurasakan . Tapi aku tak tahu apa
itu . Yang jelas , aku sepertinya manjadi birahi.
Kalau
Memandang tubuh Karyo, saya bergidik juga. Badannya besar meski ia juga
tidak terlalu tinggi. Lengan tangannya tampak kokoh berisi. Sementara
perutnya membusung. Dari balik kaosnya yang sudah kusam itu tampak
dadanya yang berbulu. Jari tangannya seperti besi yang bengkok-bengkok,
kasar.
Setelah suamiku ngobrol cukup lama , akhirnya kita pamitan
. Suamiku segera menjalankan mobilnya dan pulang kerumah . Malam itu
aku berencana mengajak suamiku bercinta , tapi begitu dia masuk kamar
dia langsung berkata “ ayo kita bobo yuk , saya lelah sekali hari ini ,
banyak tugas ..”
Aku tersenyum dalam kekecewaan . Dan ikut berbaring bersama suamiku .
Di
kantor ,esok harinya aku tak semangat bekerja . Jam makan siang aku
gunakan untuk pergi ke Mall . Tapi apes , di perempatan lampu merah ,
aku kecopetan . Dompetku di gondol pencopet itu . Aku tak terlalu
memikirkan uang di dompet itu.
Tapi KTP dan SIM , mau tak mau aku harus lapor polisi.
Setelah
proses verbal selesai , aku pamit . Ketika berjalan di koridor kantor
polisi itu aku berpapasan dengan Karyo. “ Bu Ranta, ngapain kesini “
kata Karyo . “ oh engak , cuma , lapor , saya habis kecopetan “ jawabku .
Dan terus berjalan , mencoba menghindari dirinya.
“ Eh , Bu
Ratna , kebenaran kemari , ayo kita makan di kantin sana “ ajak Karyo .
Matanya yang tajam menatap wajahku . Aku diam sesaat , berpikir ,
namanya juga polisi , pasti minta di bayarin makan . “ baik ,lah pak ,
tapi saya gak bisa lama lama yah “ kataKu .
Setelah memilih
tempat duduk , aku memesan air jeruk . Karyo memesan nasi goreng. Sambil
makan ia bercerita. Tentang tentang istri yang minta cerai, tentang
dirinya yang disebut orang-orang suka menanggu istri orang. Saya hanya
diam mendengarkan ceritanya.
Kadang Karyo juga bercerita ,
tentang hal hal kehidupan sexnya . Saya mendengarkan, rasa birahi mulai
timbul , dan rasanya tubuh saya mulai , menyukai Karyo . Setelah itu dia
menyakan bagai mana kehidupan sex saya .
Saya hanya bisa
menjawab “ ah , biasa aja Pak Karyo , namanya juga suami istri “ . Pak
karyo tersenyum , “ iyah maksud saya , bagaimana suami kamu di ranjang
apa hot kayak saya engak ? “ . Aku hanya diam , aku berpikir , Karyo
mulai kurang ajar , di lain pihak aku sepertinya tertarik bicara sama
dia .
Aku berusaha mengalihkan arah pembicaraan . “ suami saya
dan saya sedang ikut program , kami ingin punya anak , jadi kita main
pakai aturan . “ . Dan ini mendapat perhatian besar Pak Karyo. Ia
antusias sekali. Matanya tampak berkilau.
“Oh ya. kalau yang itu mungkin saya bisa bantu,” katanya . “Bagaimana caranya?” tanya saya bingung.
“Mudah-mudahan
saya bisa bantu. Kalau mau kita kerumah saya . Saya beri obat,” kata
Pak Karyo pula. Aku berpikir , dan melirik jam tanganku , baru pukul
3.00 sore . “ Naik apa kita “ tanyaku .
Setelah motor yang aku
tumpangi berhenti di rumah Karyo , dia segera mengajakku masuk
kerumahnya . Tanpa bisa menolak , dia memegang tangan dan membawaku
masuk kerumahnya.
AGEN POKER UANG ASLI
“Sekarang
saja kita mulai pengobatannya,” ujarnya seraya membawa saya masuk
kamarnya. Kamarnya kecil dan pengab. Jendela kecil disamping ranjang
tidak terbuka. Sementara ranjang kayu hanya berasalan kasur yang sudah
menipis.
Aku masih berdiri , rasanya tubuhku kaku . “ loh koq
bengong , ini minyak khusus untuk pengobatan , supaya cepat hamil “
katanya sambil memperlihat botol kecil berwarna hitam . “ Ayo , buka
baju kamu ..” katanya lagi .
Entah apa yang terjadi pada diriku ,
aku seperti kehilangan akal sehat . Perlahan kancing bajuku aku buka
satu persatu . Kemudian , aku membuka rok ku sendiri . Kini tubuhku
hanya memaki Bra dan celana dalam hitamku saja . berdiri terpaku di
depan orang yang pantas manjadi ayaku .
“ Oh , Ratna , BH nya
juga harus di buka dong “ kata Karyo lagi . Tanganku seperti di gerakan
oleh pikirannya . Dengan gemetar , tanganku melepas kait BH ku . Dan
kini dia bisa melihat jelas buah dadaku yang mengantung bebas , besar
dan montok
“ Oh , Ratna , suami kamu berutung bisa , memperoleh
istri secantik kamu . “ guman pak Karyo , lalu memintaku berbaring
terlentang di ranjangnya.
Setelah aku berbaring , dia mengolesi
tanganya dengan minyak yang ada di botol kecil itu , sebagian minyak itu
di tuang di atas tubuhku . Perlahan tangan kasarnya mulai menyentuh
tubuhku . Tangannya bergerak mengurut perutku .
Tanganya
sepertinya bukan mengurut , melainkan mengelus elus perutku . Makin lama
gerakkan tanganya makin keatas , dan tangan itu kini memainkan buah
dadaku Aku tak kuasa menolaknya . Aku memejamkan mata , merasakan nikmat
sentuhan tangan kasarnya.
Saya merasakan bibir vagina saya pun
sudah mulai basah. Saya mulai merasakan birahi saya meningkat. Jari jari
itu terus mamainkan buah dada saya , tak ketinggalan putting susu saya
di sentuh lembut oleh jarinya .
Sambil mengigit bibir saya ,
berusaha untuk tidak mengeluarkan desahan saya . Karyo terus memainkan
buah dada saya. Perlahan tanganya turun kebawah , dan terus turun , jari
jarinya menyentuh selangkangan celana dalam saya .
Saya tak
kuasa , tubuh saya bagai terkena segatan listrik “ ohh Karyo , apa yang
kamu lakukan ..” . Jari jarinya terus menekan nekan selangkangan celana
dalam saya , yang otomasis , menyentuh klitoris saya , yang berada di
balik celana dalam saya.
Lendir nikmat saya merember ke celana
dalam saya , terus dan terus membasahi selangkangan celana dalam saya.
Jari jari Karyo pun , terus bergetar di selangkangan celana dalam saya .
“ oh , Karyo aku tak tahan .. aku tak kuat.. “.
“ oh , ayo
sayang , lepaskan nafsu kamu , lepaskan jangan di tahan “ katanya lembut
, membuat tubuhku tak bisa lagi bertahan . Saat jarinya bergerak
semakin liar , tubuhku mengejang hebat , pantatku terangkat , “ Karyo , a
aku keluarrr “ .
Pantatku kembali terhempas di kasur lusuhnya ,
tubuhku lunglai . Aku merasakan sensasi nikmat , hampir sama dengan
mimpi anehku beberapa hari yang lalu.
“ Ratna sayang , itu baru
jari saya bermain di celana dalam kamu , kamu bisa bayangkan kalau kamu ,
buka celana dalam kamu , dan rasakan lidah saya menjilati m-e-m-e-k
kamu “ bisik karyo di telingaku .
Tangan karyo memegang celan
dalam saya , berusaha membukanya , tapi tangan saya segera
menghalanginya “ jangan Karyo , saya malu .. jangan “ .
Tapi
karyo terus memaksa , dan lepaslah celana dalam saya , dia orang kedu
yang melihat vagina saya . Saya sungguh merasa bersalah sama Rio , tapi
tubuh saya , pikiran saya sudah di kuasi nafsu birahi yang tak bisa saya
tolak .
Saat jari jarinya , membuka bibir vagina saya , dan
lidahnya menjulur , menjilati kitoris saya tubuh saya , mangejang ,
merasakan nikmat sekali .
“ Karyo ahhh , i-t-i-l saya , ohh
i-t-i-l saya gatel sekali .. “ desahku yang tak lagi menghiraukan rasa
malu . Lidah lidahnya terus menjilati klitoris saya . Membuat tubuh saya
mengejang tak karuan . “ Karyo ohh .. enak enak ..” .
Lidah
karyo juga tak ke tinggalan menjulur julur seperti memasuki liang
sagamaku. Berputar di dalam liang sagamaKu . Tubuhku terasa ringan ,
seluruh kulitku sensitif Saat , Karyo kembali menjilati Klitorisku yang
membesar , karena birahi , Aku tak tahan lagi “ ahh , gatel gatel banget
, Karyo ..ahh…” .
Klitoriku rasanya mau pecah . Tubuh terhentak , aku menjejang , mengejet beberapa kali . Aku mengalami orgasme yang , hebat .
Karyo
membiarkan aku , dia menatap tubuh bugil ku , yang sesekali masih
mengejet Matanya yang jalang , tak melepaskan satu inci pun bagian
tubuhKu.
Puas menatap tubuh bugilku Karyo melepas pakaiannya .
Aku bergidik , jika mengingat mimpiku . Apa iya , penis Karyo sebesar
pentungan. Setelah penis hitamnya mencuat keluar aku baru tenang . Penis
tak sebesar tongkat , tapi lebih besar dari milik suamiku .
Dia
mendekat . Aku merapatkan kakiku .” tolong , jangan yang satu ini Karyo,
tolong..” . Karyo tersenyum “ Ratna , aku sudah memberikan kamu nikmat ,
apa salahnya ganti kamu yang memberiku nikmat , sayang “ .
“
jangan , tolong Karyo , aku masih punya suami , tolong lah “ pintaku . “
Hemm , oke deh , aku mengerti , kalo gitu pakai mulut kamu saja “
katanya .
“ oh , aku tidak pernah , jangan ..” kataku , dan penis
Karyo terus mendekati wajahKu . “ masa sih , kamu gak pernah ngisep
k-o-n-t-o-l suami kamu “ tanya Karyo . Aku mengangguk “ Sumpah Karyo ,
aku tak pernah “ .
“ Apa suami kamu pernah jilatin m-e-m-e-k kamu
? “ tanya Karyo lagi . Aku kembali mengeleng . “ gila , mana enak sih ,
jadi kalian , langsung aja buka baju , terus n-g-e-n-t-o-t .” katanya .
Aku diam saja .
Tapi seakan Karyo tak peduli , penis hitamnya
terus di dekatkan ke wajah ku. Seakan tak mampu menolak , aku memejamkan
mataku . Yang aku rasakan pipiku terasa hangat , dia menekan nekan
penisnya di pipiku .
Penis itu bergerak terus ke bibirku , dan
berusaha masuk ke mulutku . Perlahan aku membuka mulutku . dan penisnya
mulai masuk ke mulutku . Penis itu bergerak , Karyo seperti menzinai
mulutku. Keluar masuk mulutku . KepalaKu di pegangnya.
Karyo
mendengus kenikmatan , dan terus bergerak . Lama kelaman aku pun merasa
terbiasa. Dan rasanya aku mulai suka permainan ini . Karyo terus
memainkan penisnya di mulutku , sampai dia mengeram , dan spermanya
keluar di mulutku .
Aku segera memuntahkan spermanya . Baru kali
ini Aku merasakan sperma . Rasanya aku ingin muntah . Karyo tampak
terduduk lemas. Saat itu aku segera memakai pakaianku kembali . Aku
segera meninggalkan ruamahnya , tanpa permisi
Hari
sudah gelap saat aku keluar dari rumahnya . Dengan menyetop taksi Aku
segera pulang kerumahKu . Aku melihat Opel Blazer suamiku sudah terpakir
dengan rapi .
Sial Aku ke duluannya. Jantung berdegup , aku
takut suamiku curiga , otakku segera berpikir , mencari alasan yang
tepat jika suamiku menayakan hal ini .
Perlahan Aku membuka pintu
, dan memasuki rumah ku . Tiba tiba suamiku memelukku dari belakang .
Aku terkejut “ Ah .. mas bikin kaget aja ..” kataKu .
“ ha ha ha ,
Aku gembira sayang , jabatanku di naikan , yang berarti gajiku juga di
naik kan .. “ kata suamiku . Dia ingin menciumku . Tapi aku menghindar ,
mulutku kotor , aku malu terhadap diriku sendiri. “ Mas , yang benar ah
, jangan bercanda “ kataKu untuk menhidari ciumannya .
“ benar
sayang , benar , kita harus rayakan “ kata suamiku . “ oh , rayakan di
mana mas “ tanyaKu . “ karena sudah malam , kita rayakan di ranjang saja
yah, sayang “ kata
suamiku . Dan tangannya segera mengangkat rok ku , dan menyetuh selangkanganKu .
Aku
berusaha mengindar lagi , ih mas masa di sini , nanti kelihatan orang
dong di kamar saja “ kataKu . “ loh , di rumah ini kan cuma kita berdua
..” kata suamiku . Yang jarinya segera meraba selangkangan ku . Jarinya
menyelinap di balik celana dalamKu .
Aku takut , suamiku curiga , karena Vaginaku basah , akibat di buat Karyo tadi .
“
Sayang , koq m-e-m-e-k kamu sudah basah benar sih , kamu horny yah “
kata suami ku . “ ih mas bisa aja , tadi aku habis pipis , di rumah bu
Ani “ kataku berbohong . “ oh , kamu di rumah Ani , toh “ kata suamiku .
“
aku mandi dulu yah “ kataku langsung lari ke kamar mandi . Aku segar
membasuh mulutku , mencuci bersih vaginaku . Aku merasa sangat menyesal
telah melakukan hal ini terhadap suamiku. Walaupun selama setahun
menikah dengannya tak pernah sekalipun aku merasa begitu nikmat dalam
bercinta.
Aku membutuhkan kenikmatan itu , tapi aku juga
membutuhkan suamiku . Aku tak habis pikir , pikiranku menolak Karyo ,
tapi tubuhku sangat menginginkan Karyo .
“ sayang , cepat dong ..” terdengar suara mesra suamiku .
Malam
itu kami bercinta . ada rasa hambur disitu . Aku mencintai suamiku ,
tapi rasanya sexku tak terpuaskan . Sekarang aku makin bisa membedakan .
Benar kata Karyo , Aku seperti tempolong , suamiku hanya mempergunakan
vaginaku untuk mengeluarkan spermanya , tanpa bisa memuaskan diriku.
Tapi
biar bagaimanapun , Rio adalah pilihanKu , aku harus konsekuen . Aku
mencintainya apa adanya. Aku lebih baik mengekang nafsu birahi . Aku
memutuskan untuk tak menemui Karyo lagi .
“ Ratna , mas besok harus ke Jakarta , menemui dereksi darti kantor pusat “ kata Rio tiga hari setelah kenaikan jabatannya .
“ ha , berapa hari mas , saya boleh ikut ? kataku.
“
Ah cuma sehari koq , “ kata Rio . “ tapi mas , saya takut di rumah
sendiran “ kata ku , dengan harapan suamiku mau mengajakku ke Jakarta .
Tapi jawabannya , berbeda dengan yang kuharapkan .
“ saya sudah
minta Pak Karyo unutk mengawasi rumah kita , dia akan mengirim anak
buahnya , untuk jaga di sini , kamu tenang aja deh “ kata suamiku.
Jantung berdugup keras , Karyo lagi ..
Pagi itu suamiku di jemput
mobil dari kantornya , dan mobil itu segera membawa suamiku ke airport .
Dangan melambaikan tangan aku melepas suami ku ke Jakarta.
Belum
sempat aku menutup pintu rumahku , sosok tubuh besar itu sudah berada
di depan pintu rumahku . “ Karyo , mau apa pagi pagi begini ke rumah
orang “ kataku ku buat ketus.
“ loh , suami mu minta , aku menjaga
rumah mu , juga menjaga dirimu he he he “ kata Karyo , yang terus masuk
ke rumahku tanpa di persilakan.
“ Karyo , tolong jangan ganggu
aku , “ kataKu . Karyo menatapku , bola matanya bagaikan bersinar , yang
menerobos ke mataku . “ Ratna , ayo katakan dengan nurani kamu , kamu
tak membutuhkan diriku “ kata Karyo .
“ Aku , aku , aku “ lidahku seperti terkunci . Tangan karyo segera mengandeng tubuhku , membawaku masuk ke kamarku.
“
sayang , aku tak bermaksud jahat sama kamu , aku cuma mau memberi kamu
kenikmatan sayang . kita sama sama butuh itu “ kata Karyo .
Perlahan
Karyo melepas daster tidurku , yang di balik daster itu aku tak memakai
bra . Dan buah dadaku langsung terpampang di hadapannya . Perlahan
lidahnya menjilat puting susuku . “ ahh .. “ desahku.
Pikiranku
kosong melopong , aku lupa suamiku . aku hanya ingat kenikmat yang
kudapat dari Karyo . Lidahnya terus bermain di putingku . Jari jarinya
hinggap di selangkangan celana dalam merahku . “ ohh Karyo .. sudah
tolong jangan bikin aku nafsu ” .
Jari jari itu bergerak , dan
vaginaku mulai mengeluarkan lendir birahi . Mulutnya pun terus menyedot
nyedot buah dadaku . Jarinya terus menari nari di selangkangan celana
dalamku yang makin membasah .
“ Ohh , Karyo kamu jahat ooh
i-t-i-l saya jadi gatel .. “ desah saya . Karyo terus menaikkan birahi
saya dengan permainannya. Saya sudah tak tahan , saya mendesah
kenikmatan “ karyo , saya mau keluar “ . Saat itu , Karyo dengan sekuat
tenaga , meremas buah dada saya .
Saya menjerit kesakitan ,
otomatis , birahi saya menurun , orgasme saya menghilang . Tapi Karyo
perlahan menjilati lagi putting susu saya . mengelitik . Membuat birahi
saya berangsur naik kembali . Kembali saya mendesah kenikmatan .
Saat
saya hampir menuju puncak kenikmatan saya , Karyo mengigit putting susu
saya , memberi saya rasa sakit . kembali saya gagal orgasme.
Tapi
Karyo segera menaikan birahi saya lagi ,dengan memainkan selangkangan
saya “ Karyo tolonglah , saya mau orgasme buat saya orgasme . ” saya
memohon orgasme pada dirinya setelah dia mengagalkan orgasme saya yang
ke tiga kali .
“ tenang sayang , saya pasti kasih kamu orgasme
yang ternikmat yang pernah kamu rasakan “ . Sambil dia mendorong tubuh
saya dan saya terduduk di pinggir ranjang.
Celana dalan saya ,
sudah terlepas dari tubuh saya . dangan dua jarinya bibir vagina saya di
buka . Lidahnya menjulur menjilati klitoris saya . Saya mengerang “ ohh
, iyah terus buat saya orgasme , saya mau keluar …Karyo ..” .
Lidahnya dengan cepat , terus merangsang klitoris saya yang semakin membesar ,
“ oh.. karyo , gatel , enak sekali teruss “ . Lidah itu terus menjilati klitoris saya .
Saya
sudah dekat , dan seperti nya Karyo tahu , Dia sengaja , segera
klitoris saya di sedotnya dengan kuat , saya merasakan sakit sekali ,
yang membuat orgasme saya pergi menjauh .
“ Karyo , kamu jahat ,
kamu jahat , tolong saya mau keluarr “ kata saya mengiba , rasanya saya
ingin menangis . Mengiba minta orgasme , dari orang seperti Karyo ,
sangat merendah kan diri saya. Tapi apa boleh buat , saya tengah di amuk
birahi .
“ Ratna sayang , tenang kamu pesti mendapatkan orgasme “
katanya . Lidahnya kembali menjilati klitoris saya dengan lembut. Tiga
buah jarinya di gunakan menekan perut saya di bawah pusar . Ini membuat
saya merasa ingin pipis . Saya mencoba mengeser tanganya . Tapi saya
seperti tak bertenaga.
Lidahnya terus memberi kenikmatan di
klitoris saya , sebentar saja , rasa ingin orgasme telah mendera tubuh
saya . “ Ohh , Karyo , saya , oh i-t-i-l nya ..oh gatel sekali , saya
tak kuatt .. oh kebelet.. mau pipis “ . Saya merasakan seperti nya sulit
menahan rasa ingin pipis , tapi saya juga mau orgasme.
“ Yah ,
lepaskan Ratna , ayo keluarkan nafsu birahi kamu ..” kata Karyo .
Tubuhku mengejang “ OOHHHH .. Karyo .. ahh gatell gatell aku tak tahan“
jeritku tak karuan .
Tubuhku mengerang nikmat , dan Aku
menyemburkan pipiku dengan kuat . Aku merasa kan setiap tetes air seniku
, mengalir memberi sensasi kenikmatan , berbarengan orgasmeKu .
Aku
orgasme dangan begitu fantastik , tak aku perdulikan kamarku yang basah
dengan air pipisku . Tubuhku sepertinya rontok , tulangku seperti lepas
, aku terbaring dengan lemas.
Karyo hanya melihatku dengan tersenyum . Dan membiarkan diriku beristirahat.
Setelah
itu tubuh Karyo yang bugil merangkang menaikki tubuhku , aku berusaha
mendorong tubuhnya “ Karyo jangan , aku pakai mulutku saja “ kataKu ,
tak rela penisnya memasuki tubuhku .
“ aku sudah pernah merasakan
mulut kamu sayang , sekarang aku mau coba m-e-m-e-k kamu “ kata Karyo .
Tubuh terasa lemas , seperti tak bertulang , Karyo dengan mudah membuka
lebar kaki ku , kepala penisnya mulai menyetuh liang vaginaku .
Air
mataku meleleh di pipiku saat itu aku teringat suamiku Rio . Aku
memejamkan mata . Saat kurasa , penisnya mulai memasuki tubuhku .
Getar
getar nikmat mulai berkecamuk di diriku . Aku merasakan sentuhan
penisnya yang menikmatkan. Tak pernah Sekalipun aku menemukan rasa ini
pada penis Rio .
Tat kala batang penis hitamnya bergerak keluar
masuk , aku mulai merakan nikmat yang luar biasa , Karyo yang terus
mengocok vaginaku dengan penisnya mendengus “ m-e-m-e-k kamu luar biasa
nikmatnya sayang “ katanya .
Dalam hati aku pun berkata yang sama
. “ Ahh Karyo .. ahhh “ desahku Goyangannya yang lembut, tapi mantap
segera membawaku ke puncak orgasme . Tapi seperti sebelumnya Karyo
menahannya . Dia membenamkan penis besar di dalam , vaginaku , dan dia
diam tak bergerak .
“ Karyo , ayo goyang dong ..” pintaKu . Karyo
tersenyum “ loh , tadi gak mau , koq sekarang minta “ . Wajahku
sepertinya panas , birahiku melorot .
Kembali Karyo mengoyang ,
dan membawaku kepuncak orgasmeku . Aku sudah tak tahan , aku harus
mendapatkan orgasmeku . Dan lagi lagi Karyo dengan sengaja membatalkan
orgasmeku . Penisnya di hentak keras ke dalam vaginaku , rasanya kepala
penisnya memukul rahimku .
Aku mengerang sakit . “ Karyo , kamu
jahat sekali ..” kataku . Karyo tersenyum . “ kalau mau ninta orgasme
dari aku yah , kamu harus minta dengan mesra dan nafsu dong “ katanya.
Aku
seperti seorang cewek murahan tak bisa berpikir jernih . langsung aku
berkata “ Ayo , mas Karyo e-n-t-o-tin Ratna ,yah , Ratna minta orgasme ,
ayo mas tolong “.
Karyo tersenyum , dan dia mulai mengoyang
batang penisnya. Penis itu membuat aku gila . Sebentar saja , rasa gatel
di vaginaku , membuat tubuhku mengerang dan menjerit “ ahhh , enak….aku
keluarrr “ .
Aku
lemas , Karyo menahan gerakan penisnya sebentar , merasakan otot otot
vaginaku meremas batang penisnya , dan kemudian bergerak lagi . Sebentar
saja , aku mencapai orgasme lagi .
Entah hari itu berapa kali
tubuhku , mengejang di buat orgasme oleh batang penis Karyo . Yang jelas
aku sangat menikmati permainannya . Aku lupa siapa diriku , aku lupa
siapa suamiku.
Sejak saat itu, saya pun ketagihan dengan
permainan Pak Karyo. Kami masih sering melakukannya. Kalau tidak di
rumahnya, kami juga nginap di Tawangmangu. Meski, kemudian Pak Karyo
juga sering minta duit, saya tidak merasa membeli kepuasan sahwat
kepadanya.
Semua itu saya lakukan, tanpa setahu Rio. Dan saya
yakin Rio juga tidak tahu sama sekali. Saya merasa berdosa padanya.
Tapi, entah mengapa, saya juga butuh belaian keras Karyo itu. Entah
sampai kapan.
Senin
pagi itu, tak biasanya Helga datang pagi-pagi sekali ke tokonya di
Daerah Tambun, daerah selatan stasiun Tambun Bekasi. Saat itu ia
mengenakan blouse hijau tanpa lengan yang sangat ketat di tubuhnya yang
putih montok. Rambut ikalnya yang panjang bercat kemerahan diikatkannya
ke atas, memperlihatkan tengkuknya yang putih seksi.
Rupanya pagi
itu, ia memang orang pertama yang datang ke tokonya. Pegawai-
pegawainya biasanya baru datang pukul 8 pagi. Setelah membuka pintu toko
mainannya, ia langsung menuju meja kasir dan menghitung laba perolehan
hari sebelumnya, sambil menunggu para pegawainya datang 1 jam lagi.
Helga
adalah seorang wanita keturunan Jawa, yang sudah cukup berumur. Akan
tetapi, walaupun usianya sudah kepala 4, tetapi perawakannya masih
mengundang air liur lelaki yang memandangnya. Tubuhnya yang montok
selalu mengundang lirikan lelaki dan memancing fantasi liar untuk dapat
menindihnya.
Belum
lagi bila memandang buah dadanya yang putih montok itu, setiap lelaki
pasti ingin meremas gemas dam memelintir lembut putingnya. Di usianya
itupun, wajahnya masih menunjukkan garis- garis kecantikan, serta sorot
matanya yang sayu tetapi tajam, menandakan kebinalannya di atas tempat
tidur.
Sebagaimana umumnya orang Bisnis, naluri bisnisnya memang
cukup tajam. Baru beberapa bulan saja toko mainannya ini ia kelola, ia
sudah mendapatkan cukup banyak pelanggan. Mungkin karena harga mainan
anak-anak di tokonya ini relatif murah dibandingkan harga ditoko
lainnya.Sambil menunggu pegawainya, Helga duduk di belakang meja kasir,
menghitung laba hari sebelumnya.
Belum ada pelanggan yang datang,
mungkin karena hari masih cukup pagi, dan di luar pun cuaca terlihat
agak mendung.“Wah, pagi-pagi begini sudah mendung, bisa susah rejeki
nih!” pikirnya sambil melihat ke arah luar.”Mudah- mudahan aja, nggak
hujan..”Helga kembali melanjut pekerjaannya, sampai tiba- tiba di luar
gerimis pun turun.
“Lho, baru aja dibilangin, malah hujan beneran
deh..” gerutunya.”Anak-anak bisa terlambat dateng nih!” ujarnya lagi
sambil melirik arloji emas berbentuk kotak di lengan kanannya.Gerimis
itu lama-kelamaan menjadi hujan yang cukup deras, sehingga hawa pagi itu
menjadi semakin dingin.
Di luar pun, beberapa orang menghentikan
sepeda motornya untuk mengenakan jas hujan, lalu kembali meneruskan
perjalanannya. Kecuali beberapa pejalan kaki yang terus berjalan sambil
berusaha menghindari hujan, ada juga dua orang pengendara motor yang
memilih untuk berteduh sebentar di depan tokonya.
Salah seorang
pengendara motor itu, kelihatannya seorang mahasiswa yang hendak pergi
kuliah dan tidak membawa jas hujan. Pemuda itu memilih untuk berteduh di
depan tokonya, sambil melihat-lihat dari luar ke dalam toko mainan
Helga . Tak lama kemudian, ia masuk ke toko itu, sambil terus
melihat-lihat mainan yang ada. Melihat ada tamu yang masuk ke tokonya,
Helga langsung mempersilahkan pemuda itu dan menghentikan pekerjaannya
menghitung laba. “Ada yang bisa saya bantu?” tanya Helga .
“Oh,
maaf kebetulan saya kehujanan dan berteduh di depan, saya baru ingat
kalau saya memerlukan spare parts untuk mobil remote control saya
dirumah” jawab pemuda itu.“Wah, kalau spare parts remote control,
kebetulan disini cukup lengkap, kalaupun di etalase kosong, mungkin bisa
saya carikan di gudang”. Ujar Helga .
”Memangnya bagian apa yang
diperlukan?” “Saya butuh dinamo dan ban untuk mobil remote control saya
dirumah,” jawab pemuda itu.Sambil menerangkan jenis yang dicarinya ia
terus mengamati Helga yang sedang mengecek buku inventarisnya.
Ia
baru saja menyadari, bahwa lawan bicaranya itu ternyata sangat menggoda
dan membangkitkan gairahnya. Terutama di pagi hari yang sangat dingin
itu. Melihat keadaan toko yang sepi itu, ia ingin mencoba mencari
kesempatan di dalam kesempitan. Ia pun berusaha berkenalan dengan Helga .
“Oya,
kenalkan nama saya Hermanto,” pancing pemuda itu dan panggil saja anto
“Oh, saya Helga ,” balas Helga .“Saya mesti panggil Mbak atau Tante
nih?” tanya Anto lagi.“Terserah deh! Enaknya Dik Anto aja gimana,” jawab
Helga .
”Wah, sepertinya dinamo yang untuk model itu disini
sudah habis, saya memang nggak menyimpan stok banyak, karena kurang
banyak peminatnya”.“Yah, sayang sekali.. Apa di gudang juga sudah
habis?” pancing Anto. “Oh iya, saya hampir lupa, sebentar saya coba
carikan,” lanjut Helga sambil mengunci mesin kas-nya dan beranjak keluar
meja kasir ke arah gudang di lantai dua toko itu. ”Dik Anto tunggu sini
sebentar ya?”.Saat melihat Helga berdiri dan berjalan, gairah Anto
semakin meluap.
Terlebih lagi ketika ia mengamati Helga menaiki
tangga kayu itu, matanya semakin nakal melirik ke arah bongkahan pantat
Helga yang terbungkus rok jeans mini. Entah ke berapa kalinya ia menelan
ludah, sejak ia pertama kali melihat Mbak Helga itu.
Dan entah
desakan dari mana yang membimbing Anto mengikuti Helga , naik ke lantai
dua. Ia kemudian memegang pegangan tangga, untuk mengikuti Mbak Helga
itu, sambil mendongak ke atas melihat Helga yang masih menaiki tangga
itu.
Terlihat jelas oleh matanya, Helga saat itu mengenakan
celana dalam hitam berenda dan samar-samar memperlihatkan gundukan putih
menggiurkan yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Pemandangan itu membuat
nafasnya semakin naik turun.
Perlahan-lahan agar tak terdengar
oleh Mbak Helga itu ia mulai meniti anak tangga, hingga akhirnya ia
sampai ke lantai dua yang merupakan gudang di toko itu. Ia menghampiri
Helga yang sedang berjongkok mengaduk-aduk sebuah kardus. Anto
mengendap-endap ke belakang Helga , kemudian berdiri tepat di belakang
Helga , menunggu Mbak Helga itu berdiri.
Tak lama kemudian,
kelihatannya Helga sudah menemukan apa yang di carinya, setelah menaruh
kembali kardus itu ke tempat semula, ia pun berdiri, dan langsung
dikejutkan oleh kehadiran Anto di hadapannya.“Lho..”Belum sempat Helga
menyelesaikan kalimatnya, Anto langsung memeluk Helga , sambil
membungkam mulut Mbak Helga itu dengan tangannya.
Otomatis Helga
meronta dan berusaha berteriak, sambil memukuli punggung Anto. Akan
tetapi, hal itu sia-sia belaka, tangan Anto yang lebih kuat semakin
mendekap tubuhnya dan membungkam mulut Helga . Hingga akhirnya Helga
sadar bahwa usaha apapun yang dilakukannya akan sia-sia.
Tubuh
montoknya pun menjadi lemas. Melihat Helga sudah menjadi lemas, Anto
mengendurkan dekapan dan bungkaman pada bibir Helga . Ia langsung
menciumi bibir Mbak Helga itu, dilumatnya habis wajah Helga .
Diciumi
dan dijilatinya wajah cantik itu sambil nafasnya tersengal-sengal penuh
nafsu.“Aa.. Apa yang kau lakukan?? Kurang ajar kamu!” bisik Helga
terpatah- patah karena ketakutan.“Tenang Mbak Helga .. Jangan takut,
Mbak Helga nurut aja.. Lagi pula teriakan Mbak Helga nggak akan
terdengar karena derasnya hujan,” jawab Anto sambil terus menciumi bibir
Helga dan tangannya sudah mulai menjamah bagian buah dada Mbak Helga
itu.
“Jjja.. Ngann.. Please.. Kenapa kamu nggak nyari perempuan
yang lebih muda aja?” Pinta Helga sambil berusaha menepis tangan Anto
yang sudah mulai meremas lembut puting kirinya yang masih terbungkus bra
dan blouse dari luar.
“Kalau kamu mau uang, ambil aja di kassa..
Tapi jangan seperti ini.. Please..” “Aku mau Mbak Helga aja.. Sudah
deh, Mbak Helga nurut aja.. Ntar pasti Mbak Helga nikmatin juga. Percaya
deh!” bisik Anto di telinga Helga , sambil kemudian dijilatinya telinga
yang putih kemerahan itu.
“Mmmhh.. Mbak Helga begitu harum..
Kulit Mbak Helga mulus dan wangi..” sambung Anto sambil terus
menggerayangi buah dada dan lengan Helga . Helga enggan mengakui kalau
ia merasa tersanjung oleh kata-kata pemuda yang sedang mencoba
memperkosanya itu, tetapi hati kecilnya tergoda juga oleh kata- kata
pemuda itu.
Sambil
mendorong tubuh Helga agar rebah ke lantai, tangan Anto kini mulai
berpindah ke daerah perut Helga , yang kelihatannya sudah semakin tak
berkutik. Direnggutnya blouse Mbak Helga itu ke atas, dan terpampanglah
perut yang putih mulus, walaupun agak sedikit gemuk, tetapi tak
mengurangi keseksian Mbak Helga itu. Ciuman-ciuman Anto kini mulai turun
ke leher, buah dada yang masih terbungkus pakaian, dan akhirnya mulai
menggerayangi perut dan pusar Helga .
Rupanya ciuman Anto di
bagian perut dan permainan lidah di pusarnya itu lama kelamaan
menimbulkan kegelian yang amat sangat. Tak munafik, Helga menikmati hal
itu. Teriakannya berangsur- angsur berubah menjadi desahan.
Tangannya
yang berusaha mendorong tubuh Anto, sekarang sesekali meremas rambut
Anto dan menekan kepala Anto semakin dalam dan merapat dengan tubuhnya.
Saat ini yang ada hanyalah erangan-erangan kecil dari mulut Helga yang
sedang di permainkan oleh lidah nakal Anto.“Ssshhtt.. Jjjangann..
Llleppasskanhh.. Aaauuhhff..” bisik Helga kegelian.
Helga pun
akhirnya dilanda kebimbangan karena di satu sisi ia merasa harus
mempertahankan dirinya agar tidak diperkosa oleh pemuda itu, di lain
sisi ia mulai menikmati permainan yang sedikit kasar itu.
Sementara
itu, tanpa disadarinya tangan Anto sudah berhasil menyingsingkan rok
mininya ke atas, dan tangan pemuda itu sudah mulai menggerayangi daerah
kemaluan Helga .“Nngghh..” tak sadar Helga melenguh nikmat.
Tangan
kekar itu tak henti-hentinya mengelus-elus bukit kenikmatannya dari
luar celana dalamnya yang sudah mulai basah. Ciuman pemuda itu pun tak
henti-hentinya menggerayangi bibir, leher dan buah dadanya yang montok
dan masih terbungkus bra hitam berendanya itu.“Ahh.. Sshh..” lenguh
Helga .
Helga semakin menikmati kenakalan pemuda itu. Saat ini ia
justru mengharapkan agar pemuda itu semakin berbuat kurang ajar
padanya. Matanya mulai terpejam seiring dengan semakin membanjirnya
lendir kenikmatan di vaginanya. Pikirnya, pemuda itu memang tahu caranya
memanjakan wanita.
Helga pun sudah tak merasa bahwa dirinya akan
diperkosa. Ia justru mendambakan sentuhan pemuda itu.Jemari Anto
bermain di pinggiran celana dalam Helga . Diusap-usapnya jahitan pinggir
celana dalam hitam berenda yang semakin basah itu.
Sesekali
jemari nakalnya menyelip masuk ke dalam celana dalam itu sambil mengusap
lembut gundukan yang ada di dalamnya. Usapan jemari Anto pada jahitan
renda pinggiran celana dalam Helga menimbulkan suatu sensasi dan
rangsangan yang sangat dinikmatinya.
Jahitan dari motif renda
yang tak rata itu menyebabkan jemari Anto yang bermain diatasnya
seakan-akan menggaruk-garuk daerah sekitar vaginanya. Terlebih saat Anto
memang sengaja menggaruk bagian itu dengan kukunya.
Hal ini
membuat Helga semakin tak kuasa untuk menahan lendir kenikmatannya yang
semakin membanjiri daerah itu.“Aughh.. Nakal kamu ya!” jerit Helga saat
merasakan jari telunjuk pemuda itu menyelip masuk dan mengusap lembut
labium mayoranya.
Sesaat telunjuk pemuda itu keluar dari dalam
celana dalam Helga , ia langsung menyodorkan jemari yang dibasahi oleh
lumuran lendir kenikmatan Helga itu ke bibir seksi Mbak Helga itu. Dan
langsung saja Helga menyambut dan mengulum telunjuk yang penuh dilumuri
oleh lendir kenikmatannya sendiri itu dengan penuh nafsu.
Anto
sendiri tak henti-hentinya menggerak-gerakkan telunjuknya yang sedang
dikulum Helga seakan-akan ingin mengorek-ngorek bagian dalam mulut
wanita itru dengan lembut. Melihat Mbak Helga itu menjilati telunjuknya
dengan penuh nafsu, Anto langsung mendekati bibir wanita itu, berharap
agar masih ada sisa lendir kenikmatan wanita itu dalam mulut seksinya.
Helga
agaknya mengerti oleh apa yang diinginkan pemuda itu. Ia langsung
mengumpulkan ludah dalam mulutnya yang memang masih bercampur dengan
lendir kenikmatannya, kemudian disodorkannya ludahnya itu dengan bibir
sedikit terbuka penuh gairah. Anto langsung melumat gemas bibir Helga .
Dikecap-kecapnya sebentar ludah Mbak Helga itu dalam mulutnya, kemudian
ditelannya penuh nafsu.Melihat kelakuan pemuda itu, Helga menjadi
semakin terbakar oleh nafsu.
Ia semakin lupa pada keadaan dirinya
yang hendak diperkosa. Dan agaknya keadaan itu sekarang telah berubah
menjadi keinginan untuk sama-sama saling memuaskan karena Helga sudah
mengabil posisi telentang dengan pahanya agak terbuka.
Helga
langsung menarik kepala pemuda itu, diciuminya bibir pemuda itu dengan
penuh gairah. Kemudian dijambaknya rambut Anto sambil didorongnya kepala
pemuda itu agar mulutnya mengarah ke vaginanya. Anto yang memang sudah
terbakar oleh nafsu sejak pertemuan di meja kasir tadi, langsung saja
menuruti keinginan Mbak Helga itu.
Tanpa membuka celana dalam
Helga , ia langsung menjilati vagina Helga dengan hanya cukup menarik
pinggiran berenda celana dalam Mbak Helga itu di sekitar vaginanya.
Dijilati dan digigitnya dengan penuh nafsu vagina itu sambil kepalanya
terus dipegang dan dijambaki oleh Helga . Rupanya Helga tak cukup hanya
dipuaskan dengan jilatan-jilatan liar Anto, ia juga ingin
mendusal-dusalkan wajah pemuda itu pada vaginanya.
Hingga tak
lama kemudian, Anto merasakan daerah sekitar selangkangan Mbak Helga itu
bergetar, dan makin lama getaran itu makin hebat, hingga tak lama
kemudian, saat ia sedang menggigit-gigit kecil klitoris Mbak Helga itu,
diiringi teriakan liar Helga .“Ooghh iiyyaahh.. Terrusshh.. Mmmppffhh..
Ghhaahh..” Racau Helga .Hingga tak lama kemudian, “Crroottss..”Wajah
Anto langsung tersembur oleh cairan yang hangat dan kental yang berasal
dari dalam liang vagina Helga .
Rupanya saat itu Helga baru saja
mengalami orgasme yang cukup banyak di awal permainan mereka. Dan
langsung saja, tanpa diberi komando, dengan lahapnya Anto menjilati dan
meraupi lelehan lendir kenikmatan yang tak henti-hentinya meleleh dari
dalam vagina Mbak Helga itu.
Hal ini tentunya membuat Helga yang
baru saja mencapai orgasme dilanda rasa geli yang amat sangat. “Hhhaahh
ssttoopp!! Sttoopp!! Ghiillaahh.. Ohh Sttoopp Sshh..” teriak Helga
sambil berusaha menjauhkan selangkangannya dari wajah pemuda itu.
Tetapi
Anto justru tak mau memindahkan mulut dan jilatannya sedikit pun dari
vagina yang sedang dibanjiri cairan nikmat itu. Ia terus mengumpulkan
lendir Helga di dalam mulutnya dan kemudian langsung menelannya dengan
rakus. Mulut dan wajah pemuda itu belepotan oleh lendir Helga.
Setelah
Anto merasa bahwa vagina Helga telah bersih kembali, ia langsung
beranjak ke arah bibir Helga , dengan masih mengulum lendir dari vagina
Mbak Helga itu ia menyuapkannya ke bibir seksi di hadapannya. Helga
langsung mengerti apa yang akan dilakukan Anto.
Ia langsung
membuka bibir seksinya seraya berkata,“Ludahkan! Ludahkan padaku
Sayang!”. Pintanya dengan tatapan sayu menggairahkan sambil
meremas-remas lembut payudaranya sendiri. “Ooohh.. Ssshh..”“Cuhh..” Anto
langsung meludahkannya ke dalam mulut Mbak Helga itu.
Dan
langsung disambut dengan desahan bergairah Helga .“Mmmhh.. Nikmatthh,”
bisik Helga setelah menelan lendir kenikmatannya sendiri dengan
rakus.Anto yang semakin terbakar gairahnya melihat adegan itu langsung
melucuti pakaiannya sendiri.
Sejak melihat tubuh molek Mbak Helga
itu ia memang tak sabar untuk memasukkan penisnya ke dalam vagina sang
Mbak Helga dan menggarapnya penuh nafsu. Setelah dirinya telanjang
bulat, ia berdiri sejenak dihadapan sang Mbak Helga sambil mengacung-
acungkan penisnya yang sejak tadi telah menegang penuh dihadapan Helga
.“Woow..” kagum Helga sambil mengarahkan tangannya untuk menggenggam
penis itu.
“Aaahh.. Mbak Helga ehh..” bisik Anto saat jemari Mbak
Helga itu menggenggam dan meremas lembut penisnya.Helga langsung
mengocok penis digenggaman tangan kanannya itu dengan penuh kelembutan.
Sementara itu tangan kirinya mengusap-usap vaginanya sendiri yang mulai
basah kembali.
Rupanya ia pun tak sabar ingin digarap oleh pemuda
itu. Dipindahkannya tangan kirinya yang sudah dibasahi lendir
kenikmatannya ke penis Anto, dan dibalurinya penis yang menegang keras
itu dengan lendirnya.“Aaahh.. Angett Mbak Helga e..” Bisik Anto sambil
memejamkan matanya.
“Hhhmm?? Anget? Aku punya yang lebih panas
Sayang!” Tantang Helga sambil mengarahkan bibir seksinya ke penis pemuda
itu.Dan langsung dikulumnya penis dihadapannya dengan penuh nafsu.
“Ngghh.. Mmmhh..” Desahnya.
“Ooohh.. Iyaahh terusshh Mbak Helga
iii.. Ssshh..” Anto pun semakin meracau tak karuan.Helga menemukan
kenikmatan yang lebih memacunya untuk terus mengerjai penis pemuda itu
karena ia mencium dan merasakan aroma dan basah dari lendir kenikmatan
yang berasal dari vaginanya sendiri.
Dan itu membuatnya semakin
liar menjilati benda yang panjang dan panas itu.“Mmmhh.. Ssshh..” Bisik
Anto tak henti-hentinya sambil mengacak-acak rambut Mbak Helga itu,
sehingga rambut merah ikal Helga yang semula diikat ke atas menjadi
acak-acakan dan terlihat sangat menggairahkan.
Helga berhenti
sejenak dari kegiatannya mengelomoti penis pemuda itu, sambil terus
berjongkok dihadapan Anto, ia menengadah menatap wajah pemuda itu dengan
tatapan sayu penuh gairah. Melihat wajah Mbak Helga -Mbak Helga yang
sedang terbakar oleh gairah seperti itu membuat Anto semakin tak sabar
untuk segera menggarap Mbak Helga itu.
Diacak-acaknya rambut
Helga dengan gemas. “Kau ingin lebih panas Sayang? Hhmm?” Tantang Helga
dengan tatapan penuh nafsu..“Siksa aku Mbak Helga ! Siksa aku dengan
tubuhmu!” Pinta Anto sambil terus mengacak-acak rambut Helga .
“As
you wish honey!” jawab Helga sambil melucuti kancing blousenya dan rok
spannya sendiri.Helga yang saat ini tinggal mengenakan bra dan celana
dalam hitam berendanya kembali mengerjai penis Anto.
Dikulum-kulum
dan dijilatinya batang kemaluan pemuda itu hingga penis itu basah
dilumuri oleh ludahnya sendiri. Helga semakin menggila dan liar.
Sampai-sampai bola matanya nyaris berputar kebelakang saat ia
mengelomoti batang yang menegang dan panas itu. Sesekali digigitinya
urat-urat kemaluan Anto yang menonjol-menonjol akibat tegangnya penis
itu hingga pemuda itu meringis kesakitan.
Anto yang semakin tak
sabar dan terbakar oleh gairah langsung saja menarik tubuh Mbak Helga
itu agar berdiri dihadapannya, dan langsung saja Helga menyerang bibir
pemuda itu dengan penuh nafsu. Digigitinya pula bibir dan lidah Anto.
Ia
memang benar-benar sudah terbakar oleh nafsu.“Mbak Helga , aku sudah
nggak tahan nih!” pinta Anto sambil membalas kecupan-kecupan liar Mbak
Helga itu.“Aku juga Sayang! Cepat kerjai vaginaku To!” balas Helga
dengan tatapan sayu memelas penuh nafsu.
”Sebentar kubuka BH dan
celana dalemku dulu ya Honey!? Sabar Sayang!”.“Nggak usah Mbak Helga !
Aku suka ngeliat Mbak Helga Cuma pake pakaian dalem gitu,” pinta Anto,
“Tenang aja, tetep nikmat kok!” sambungnya menenangkan Helga sambil
meremas-remas lembut gumpalan daging putih yang masih terbungkus bra
hitam renda itu.
Anto langsung mendorong tubuh montok Mbak Helga
itu agar membelakangi tubuhnya, kemudian diaturnya agar tubuh Helga
menungging. Helga langsung menyadari, rupanya pasangannya ini ingin
mengerjainya dalam posisi doggie style terlebih dahulu.
Ia
langsung mengambil ancang-ancang doggie style, bongkahan pantatnya yang
montok mulus itu menghadap Anto, siap untuk dikerjai. Dengan paha yang
lebarkan Helga terlihat sangat menggairahkan saat itu.
Dan hal
ini semakin membuat Anto terangsang dan tak sabar. Pemuda itu langsung
mengarahkan penisnya yang sudah benar-benar panjang dan tegang tepat ke
arah vagina Mbak Helga itu. Tetapi saat ia melihat bongkahan pantat
putih mulus dan montok yang masih terbungkus celana dalam hitam itu
timbul keinginannya untuk menjilati liang anus Mbak Helga itu.
Dan
langsung saja ia menunduk ke arah pantat Helga yang sedang menungging
dan tak mengetahui bahwa Anto akan mengerjai anusnya terlebih dahulu,
kemudian ditariknya celana dalam Helga yang menutupi bagian vagina dan
anusnya ke sebelah kanan tanpa membuka celana dalam itu, hingga tiba-
tiba..“Aaahh..”Helga merasakan sesuatu yang hangat dan basah mengusap
liang anusnya dan Mbak Helga itu langsung saja merasakan geli yang amat
sangat.
“Kau apakan tadi To?”Desah Helga sambil menengok
kebelakang, dan ia langsung mendapati pemuda itu sedang menjilati dan
menciumi pantat dan anusnya dengan begitu rakus. Helga benar- benar
semakin menikmati permainan liar ini. Digeleng-gelengkannya kepalanya
kesana kemari sampai rambutnya semakin acak- acakan. Dan pemandangan itu
benar-benar sangat merangsang.
Entah
untuk keberapa kalinya kedua bola matanya itu nyaris berputar ke
belakang saat tubuhnya mendongak ke atas mengimbangi kenikmatan yang ia
dapatkan dari Anto. Sementara itu Anto semakin giat saja mengerjai anus
Mbak Helga itu. Entah ke berapa kalinya ia membuat Helga berteriak dan
meringis kesakitan saat ia menggigit gemas bongkahan pantat Mbak Helga
itu.
Lidah pemuda itu menyapu-nyapu dari atas ke bawah, dari anus
Helga turun ke liang vagina Mbak Helga itu. Hal ini tentu saja semakin
membuat Helga menggelinjang kenikmatan. Tangan Helga yang kanan
berpegangan ke rak mainan disampingnya sementara tangan kirinya sibuk
meremasi sendiri buah dadanya yang masih terbungkus bra hitam itu.
Dipuntir-puntirnya
sendiri putingnya yang masih ada dalam bungkus renda itu. Gesekan yang
ditimbulkan oleh renda dan jemari tangannya pada putingnya benar- benar
menambah rangsangan pada dirinya. Helga semakin menggila, ia ingin
dijadikan budak seks oleh Anto.“Ooocchh.. Yaahh.. Ssshhtt..” racau Helga
,“Terus ssaayyaang.. kkeerrjaaii akkuuhh.. oohh”Tak henti-hentinya ia
meremas payudara dan menjambaki rambutnya sendiri.
“Oh Mbak Helga
.. Pantatmu begitu mulus.. Liang vaginamu begitu harum Mbak Helga ..”
racau Anto sambil terus menjilati anus dan vagina Helga , mengeluar
masukkan lidahnya ke dalam liang vagina dan anus Helga bergantian.
Tiba-tiba
Helga merasa ada sesuatu yang akan meledak lagi dari dalam
selangkangannya. Tubuhnya tergetar hebat. Anto pun merasakan vagina dan
daerah selangkangan Mbak Helga itu mengejang dan bergetar hebat.
Dan
ia langsung menyadari bahwa Mbak Helga itu akan segera mendapatkan
orgasme lagi, sehingga pemuda itu semakin mempercepat rangsangannya pada
daerah selangkangan Mbak Helga itu, sampai tiba-tiba saat Anto
menusukkan lidahnya pada vagina Helga dalam- dalam, Mbak Helga itu
tersentak sambil berteriak..
“Ooocchh.. Aaacchh.. Ggghhaahh..
Sshhiitt!!” racau Helga dengan liarnya, dan.. crootss.. Untuk kedua
kalinya wajah Anto tersembur oleh cairan kenikmatan yang muncrat dari
dalam vagina Helga .
“Ahh Ghiillaa..” teriak Helga sambil
tubuhnya mengejang dan kedua tangannya berpegangan pada rak dan lantai,
kakinya direnggangkan penuh seakan- akan ia ingin memeras lebih banyak
cairan yang keluar dari dalam rahimnya itu.
Beberapa menit
kemudian tubuh montoknya langsung terkulai lemas berpegangan rak mainan
di gudang itu dan mungkin karena tak kuat menahan sisa-sisa orgasmenya
ia langsung terjatuh ke lantai karena seluruh persendiannya seakan-akan
lepas dan sangat lemas.
Anto pun menghentikan kegiatannya untuk
memberikan kesempatan istirahat pada Helga . Tetapi ia tak menghentikan
ciuman-ciuman dan jilatan pada daerah sekitar selangkangan Mbak Helga
itu karena ia ingin membersihkan dan mereguk lagi lendir kenikmatan yang
terus menetes dari dalam vagina Helga .
“Aaacchh.. shhtt.. gelii
Sayang.. ohhff.. Hentikann!!” desah Helga saat Anto menjilat-jilati
sekitar vaginanya yang masih terasa sangat peka.“Mmmffhh.. Ohh yaahh..
Banjir Sayang?” bisik Helga sambi melirik pada Anto yang terus mengerjai
vaginanya yang masih berdenyut-denyut itu.
“Hmm.. Mbak Helga
mau? Wangi banget Sayang!” jawab Anto sambil nafasnya tersengal-sengal
penus nafsu.“Mmmhh sini Sayang!” pinta Helga sambil menarik rambut Anto
agar mendekati menaiki tubuhnya. Rupanya ia ingin menikmati lendir
kenikmatannya lagi dari mulut pemuda itu. Anto langsung menuruti
permintaan Helga , lagi pula ia semakin tak sabar ingin menaiki tubuh
montok dihadapannya itu.
Perlahan-lahan ia menindih tubuh Helga
yang masih mengenakan pakaian dalamnya. Gesekan yang ditimbulkan oleh
pakaian dalam Helga yang berenda dengan tubuh Anto menimbulkan suatu
sensasi yang merangsang gairah Anto.“Kemari Sayang, naiki tubuhku!
Merapatlah padaku To! Hsshh..” pinta Helga sambil menarik dan memeluk
rapat tubuh Anto.
Mulut Anto yang masih mengulum cairan
kenikmatan dari vagina Helga langsung diarahkannya ke bibir Helga yang
sedang membuka seksi. “Mmmhh..” desah Mbak Helga itu saat bibir Anto
memagut bibirnya sambil meludahkan lendir kenikmatan dari vagina Helga .
“Mmmhh
Mbak Helga ..” bisik Anto sambil mempererat dekapannya pada tubuh
montok Helga yang terasa makin panas dihari yang dingin itu, hal itu pun
makin menimbulkan rangsangan pada tubuh Anto sehingga penisnya pun
semakin menegang minta dipuaskan.“Hmm.. Ada yang tegang tuh di bawah!”
bisik Helga seusai menelan habis cairan kenikmatan yang disodorkan
Anto.“Sudah siap Sayang?” tantang Anto sambil menciumi telinga dan leher
Mbak Helga itu.
“Nnngghh.. Give me that Honey! Please..” pinta
Helga . Langsung saja Anto bangun dari tubuh Helga , kemudian
dipelorotkannya celana dalam hitam Mbak Helga itu, lalu diaturnya posisi
kaki Helga agar mengangkang lebar.
Terlihatlah dihadapannya
vagina Helga yang merekah. Walaupun sudah berumur, tetapi vagina Mbak
Helga itu masih terlihat memerah segar, kontras dengan kulit Helga yang
putih. Bulu-bulu disekitar vagina Helga terpotong rapi,
menandakan
bahwa Mbak Helga ini memang cukup memperhatikan organ kewanitaannya
tersebut. Pemandangan itu semakin membuat Anto tak henti-hentinya
menelan ludah. Dikocok-kocoknya penisnya sebentar, kemudian diarahkannya
langsung ke vagina Helga , digesek- gesekkannya di bagian labium mayora
Helga . Rupanya ia ingin menggoda Mbak Helga itu sebentar.
“Cepat
To! Masukkan penismu! Aku nggak sabar Sayang! Please..” racau Helga
sambil meremasi buah dadanya yang masih terbungkus BH hitam berenda
itu.“Hmm.. Nggak sabar ya Mbak Helga ? Tadi katanya nggak mau?” goda
Anto sambil terus menggesekkan penisnya naik turun pada vagina Helga
.“Ooohh Shit! Persetan dengan tadi! Pokoknya aku mau penismu didalam
vaginaku sekarang! Ayo dong Sayang!?”Rupanya Helga sudah semakin tak
sabar dan mempersetankan segalanya.“Mmmhh.. Oohh..
“Anto rupanya
memang sengaja ingin mengalihkan perhatian Mbak Helga itu. Ia ingin
mempermainkan Helga , dan membuat Mbak Helga itu terlena dengan sumpah
serapahnya, sampai tiba-tiba, saat Helga tak menyadarinya….
Bless…..Melesaklah penis Anto yang besar, panjang dan panas
berdenyut-denyut itu perlahan-lahan ke dalam vagina Helga . Kejutan ini
benar-benar mengagetkan Helga . Kedua matanya melotot nyaris keluar.
Entah
karena kenikmatan yang dirasakannya atau karena rasa kagetnya, tetapi
yang pasti ia sangat menikmatinya.“Ooohh.. Gila kamu! Kenapa nggak
bilang-bilang? Aaahh.. Ssshhtt.. Gillaahh.. Mmmhh..” racau Helga . Kali
ini ia benar-benar merasakan kehebatan penis Anto. Denyutan penis Anto
dalam vaginanya itu seakan-akan memompa lendir kenikmatannya semakin
banyak keluar dari dalam vaginanya. Anto rupanya sengaja membiarkan
pinggulnya tak bergoyang dahulu.
Ia
ingin menikmati saat-saat pertama kalinya penisnya itu berada dalam
relung vagina Mbak Helga itu.Penis itu terus berdenyut-denyut keras di
dalam vagina Mbak Helga itu. Begitupun dengan vagina Helga yang terus
berkontraksi memijat-mijat benda asing yang sedang berada dalam relung
kewanitaannya itu.
Kedua mata mereka terpejam erat menikmati
sensasi yang mereka rasakan. Sambil menikmati denyut demi denyut dari
dalam vagina Helga , Anto meremas- remas bongkahan pantat Mbak Helga itu
penuh nafsu, tingkahnya mirip seorang anak kecil yang baru saja
mendapatkan mainan. Kenakalan Anto itu tentunya semakin membuat Helga
menggelinjang tak karuan.
Denyutan vaginanya pun makin menggila,
sehingga otomatis penis Anto semakin merasakan kenikmatan.Keduanya
saling berciuman. Berpagutan dengan liarnya tiada henti. Helga
menggigiti lidah dan bibir Anto sambil terus menekan dan membuat jepitan
dalam vaginanya.
Mbak Helga itu rupanya sudah berubah menjadi
liar dan buas. Sesekali Helga meludahkan air liurnya ke dalam mulut Anto
yang sedang tergagap-gagap kenikmatan. Dikumur- kumurnya liur Mbak
Helga itu oleh Anto sebelum ditelannya. Perlahan-lahan Anto mencabut
penisnya dari dalam vagina Helga .
Ia tak ingin melakukannya
tergesa-gesa. Gesekan penisnya yang dilakukan perlahan namun pasti itu
benar-benar menimbulkan sensasi yang menggilakan. Helga semakin terpejam
dan bibirnya yang dibalut lipstik merah menyala itu semakin terbuka
seksi.
“Ooohh.. Mmmhh..” desah Mbak Helga itu mengiringi gesekan
penis pemuda itu dalam vaginanya.“mbaa.. aakk.. Aahh.. Ssshh..
Nikkmaatthh.. ” balas Anto.“Iyyaahh.. Terushh Too.. ” bisik Helga
.Dicabutnya perlahan penis itu oleh Anto hingga keluar dari dalam vagina
Helga . Hal ini menimbulkan kekecewaan yang besar dalam hati Helga .
Ia
masih menginginkan penis itu berada dalam relung
kewanitaannya,mengobok-obok vaginanya penuh nafsu, ia ingin menduduki
penis itu hingga melesak jauh ke dalam vaginanya, ia ingin dijadikan
budak nafsu pemuda yang baru saja dikenalnya itu,
Ia semakin
mempersetankan semuanya. Sementara itu dengan senyum penuh menggoda,
Anto hanya memandangi wajah kecewa Helga sambil mengocok- ngocok
penisnya yang basah dibaluri lendir kenikmatan dari dalam vagina Helga .
Setiap Ciptaan Tuhan yang ada dalam diri kita dan seluruh ciptaan di bumi ini patut disyukuri.Kekurangan dan tidak kesempurnaan merupakan hal yang wajar’tiada kesempurnaan untuk hamba Tuhan”,berpikir realistis karena tidak ada manusia yang sempurna,contohnya aku inilah salah satu cerita semoga kalian tahu.
Boleh dibilang saya merupakan laki-laki yang beruntung. Karena terus terang saja saya tidak mempunyai penampilan fisik yang sangat baik, walaupun tidak jelek-jelek sekali.
Kulit saya yang cukup gelap, badan saya yang cukup atletis, dan yang pasti batang kemaluan saya yang cukup ukurannya. Tapi mungkin karena secara naluri saya sangat senang melayani orang lain, sehingga akhirnya saya menjadi seperti sekarang ini dengan segala kelebihan yang saya miliki.
Awal cerita ketika tahun 2015, saya berangkat dari kampung halaman saya dengan menumpang salah satu kapal milik PELNI, KM Rinjani. Karena waktu itu saya diterima sebagai seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi di kota Yogyakarta, kota yang sekarang menjadi tempat tinggal saya.
Sebagai seorang mahasiswa baru dari keluarga yang berkecukupan, saya sangat bangga, apalagi untuk berangkat ini saya dibekali cukup uang dan tiket di kelas satu. Dan juga saya diperbolehkan untuk mampir di rumah paman yang tinggal di Jakarta dan jalan-jalan di sana sebelum daftar ulang sebagai mahasiswa baru di Jogja.
Ketika naik kapal pada hari keberangkatan, hati ini terasa senang sekali. Saya langsung menuju kamar saya, kamar kelas satu, yang pasti sudah terbayang akan sangat enak rasanya. Tapi saya kaget sekali, karena di dalam kamar sudah ada seorang wanita, yang terus terang saja ada sedikit rasa senang juga karena wanita tersebut tersenyum dengan manisnya ketika melihat saya agak terkejut.
“Oh maaf, mungkin Mbak ini salah kamar..?” tanya saya agak ragu.
Sebab setahu saya tidak mungkin, sudah sering bepergian dengan kapal laut, dalam satu kamar harusnya hanya ada satu jenis kelamin, kalau laki-laki ya laki-laki semua, atau kalau perempuan ya perempuan semua.
Tapi setelah dicocokkan ternyata nomer tiket kami sama, artinya kami satu kamar. Wah, terus terang saja saya agak canggung juga rasanya, tapi di balik kecanggungan saya ada rasa senang juga lho. Karena wanita yang satu ini cukup cantik juga dan bodinya cukup menggairahkan. Dan karena saya sering sekali nonton film porno, langsung saya membayangkan kalau nanti malam kami akan tidur berdua dan berpelukan dengan saling mengelus-elus ‘pusat’ kenikmatan masing-masing.
Pada waktu pemeriksaan tiket, tanpa ragu dia langsung mengatakan bahwa saya adalah adik sepupunya, jadi oleh petugas kami tidak dipindahkan. Wah, tambah senanglah hati ini. Dan sejak itu kami banyak sekali ngobrol-ngobrol. Dari sini juga saya tahu kalau dia adalah pegawai sebuah bank swasta di Jakarta, bernama Cindy, suaminya seorang dosen sebuah perguruan tinggi di jakarta, dan yang lebih hebat lagi dia tidak sesuai dengan umurnya yang sudah 35 tahun, dan sudah beranak dua.
Setelah makan siang kami masih melanjutkan obrolan kami tentang berbagai hal di anjungan depan kapal. Kapal sudah semakin jauh dari daratan, jarum jam sudah pukul dua, hawa terasa agak panas, mata mulai mengantuk diterpa angin laut, akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat saja. Tanpa sadar Cindy menggandeng tangan saya ketika kami berjalan menuju kamar, karena agak canggung, tangannya saya lepaskan. Cindy agak kaget tapi dia malah tersenyum manja.
Memang pada waktu itu saya sering menonton film porno dan juga sering beronani, tapi melakukan hubungan seks saya balum pernah sama sekali. Jadi hati ini rasanya deg-degan luar biasa, karena ketika berjalan di lorong kapal yang kebetulan saya berada di belakangnya, saya melihat pantatnya yang bulat yang terbalut celana jeans ketat dan rambutnya yang panjang sepunggung dan diikat, sehingga terlihat jenjang belakang lehernya yang putih dan mulus.
“Oooh! Indah sekali!” jerit batin saya.
Pada waktu itu saya ingin memeluknya dari belakang dan ingin langsung mencium lehernya itu, tapi sekali lagi hati ini rasanya canggung sekali, boleh dibilang saya takut!
Ketika kami bersama-sama masuk kamar Cindy langsung menuju kamar mandi, katanya dia sudah kegerahan dan sebelum tidur siang ingin mandi dulu. Saya langsung rebahan di tempat tidur sambil membayangkan tubuh Cindy yang pasti sintal dan menggairahkan kalau dilihat dari pantatnya yang bulat. Tanpa sadar tangan kiri saya sudah memegang batang kemaluan yang mulai mengeras.
Tetapi tiba-tiba ada suara dari balik pintu kamar mandi, “Mas Andi, tolong ambilkan handuk saya di dalam koper dong.”
Saya terkejut setengah mati, karena pikir saya Cindy sudah keluar dari kamar mandi. Ketika mengambil handuk, saya melihat pakaian dalamnya yang bagus-bagus dan super mini.
“Oooh..!” batin ini semakin menjerit.
Karena sebagai seorang laki-laki normal, pasti siapa saja tidak akan tahan dengan momen seperti ini.
Pintu saya ketuk untuk memberikan handuknya, dan ketika pintu dibuka, betapa kagetnya saya karena Cindy berdiri di depan pintu hanya dengan celana dalam yang sangat mini dengan bordiran yang apik dan sangat jelas sekali terlihat gunungan hitam di selangkangannya seperti akan meletus. Saat melihat saya tertegun dengan handuk di tangan, dengan cueknya Cindy menarik tangan saya untuk mandi bersama.
Pada waktu itu saya hanya seperti robot yang bergerak hanya kalau disetel untuk bergerak. Karena terus terang saja, waktu itu pikiran saya seakan tidak percaya dengan apa yang sedang ada di hadapan saya. Ternyata tubuh Cindy lebih indah daripada apa yang saya bayangkan, dan lebih hebat lagi lebih cantik dalam keadaan telanjang.
Tanpa sadar saya melepaskan celana dalam Cindy, dan tubuhnya saya sirami dengan air dari shower. Cindy melenggak-lenggokkan pantatnya yang bulat ketika air shower saya arahkan ke pantatnya. Dan ketika saya arahkan ke punggung, Cindy meliuk-liukkan tubuhnya dengan sangat erotis. Tiba-tiba Cindy membalikkan tubuhnya dan langsung melahap bibir saya, dengan kencang dihisap dan disedot.
Tapi tiba-tiba Cindy berhenti dan marah, “Hey, dicopot dong bajunya!”
Saya hanya dapat terawa kecil karena bersamaan dengan itu Cindy pun dengan bergairahnya mencopot kaos dan celana panjang saya yang mana celana dalamnya langsung ikut terlepas.
“Wow, lucu sekali bentuk batang kamu Andi..?” Cindy bertanya dengan manjanya.
“Lho apa punya suami kamu nggak lucu tuh..?” saya balik tanya dan Cindy hanya tertawa dengan ujung kemaluan saya yang sudah berada di dalam mulutnya.
Gila! Cindy benar-benar luar biasa, mungkin karena dia sudah bersuami dan sudah punya anak pula. Dan baru kali ini saya merasakan betapa nikmatnya apa yang selama ini selalu saya tonton di film dan selalu saya bayangkan siang dan malam. Dengan gemasnya Cindy mengelus-elus buah zakar dan menghisap-hisap kepala penis saya dengan lembutnya.
Tidak terasa sudah lama sekali Cindy menghisap batang penis dan akhirnya, “Hey, capek nih jongkok terus. Gantian dong..!”
Cindy lalu saya gendong ke arah tempat tidur, lalu saya rebahkan dengan kakinya yang putih mulus terkulai di lantai. Kaki Cindy saya angkat perlahan-lahan, sambil memberikan sedikit sensasi di talapak kaki. Cindy kegelian dan mengelinjang, kemudian saya mulai menyerang payudaranya yang memang tidak begitu besar tapi cukup menggoda.
Ujung penis saya gosok-gosokkan di lubang vaginanya sambil menghisap-hisap puting payudara Cindy. Saya semakin menikmati permainan ketika Cindy mulai mengerang-ngerang keenakkan. Dan ketika pinggulnya mulai digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah saya mulai menyadarai kalau Cindy minta dicoblos liang vaginanya. Tapi saya sengaja untuk mempermainkan ujung penis di mulut vagina Cindy.
“Ayo Andi, dimasukkan saja, jangan cuma diluar begitu dong..!” akhirnya Cindy benar-benar tidak tahan.
Lalu saya mulai menekan panis saya untuk masuk ke dalam vagina Cindy. Uuuhhh..! Hangat dan enak sekali rasaya. Cindy sambil mengerang keenakkan mangangkat pantatnya, sehingga penis saya semakin dalam masuknya. Aaahhh..! Semakin enak saja rasanya. Akhirnya saya tahu kalau berhubungan seks itu sangat enak rasanya.
Ketika pantat Cindy diturunkan, tiba-tiba penis saya terlepas dari lubangnya. Cindy menaikkan lagi pantatnya, dan ketika diturunkan lagi terlepas lagi. Begitu dan seterusnya hingga Cindy marah-marah karena ternyata saya hanya diam saja.
“Ayo dong Andi kamu goyang juga pantatmu maju mundur. Ayo… dongg..!”
Saya semakin tahu kalau behubungan seks bukan saja enak tetapi juga menyenangkan. Pantat Cindy mulai diam dan pantat saya mulai digerakkan. Perlahan-lahan saya masukkan batang penis yang sudah sangat tegang ini, dan saya tarik lagi dengan satu hentakan keras.
Perlahan-lahan lagi saya masukkan dan saya tarik lagi dengan satu hentakan keras. Cindy merem melek ketika saya masukkan, dan Cindy mengerang keras ketika saya tarik. Begitu terus saya lakukan hingga akhirnya Cindy bangun dan memeluk saya.
Dengan mesranya saya menggendong dan mencium bibir Cindy. Tapi saya terkejut ketika tiba-tiba Cyndi menggoyang dengan keras sekali pantatnya, diputar-putar pantatnya pada gendongan saya, dan pada saat itu saya semakin kaget ketika tiba-iba pula lubang vaginanya terasa mengecil lalu dengan kerasnya Cindy berteriak, “Annddiii..!” dan keringat kecil-kecil mulai keluar di atas keningnya.
Sekali lagi, dari sinilah saya benar-benar tahu bahwa berhubungan seks itu enak sekali, menyenangkan, dan yang lebih menyenangkan lagi kalau kita dapat membawa pasangan kita ke puncak kenikmatan. Karena pada saat kita melihat pasangan kita menggelinjang keenakkan pada saat itu pula hati ini akan terasa plong.
Kembali Cindy marah, karena dia sudah kelelahan sementara batang kemaluan saya masih berdiri tegak. Dan yang pasti saya belum ejakulasi. Tapi sambil mengecup bibir Cindy dengan lembut saya katakan kalau saya sudah sangat senang diperkenalkan dengan hubungan seks yang sebenarnya, dan saya sudah sangat puas melihat dirinya puas dan senang dengan permainan saya.
Akhirnya kami mandi bersama, dan di kamar mandi kami masih mengulangi permainan-permainan yang lebih menyenangkan lagi. Hampir setiap saat dan setiap kesempatan di kapal kami melakukannya lagi dan lagi. Ketika sampai di Jakarta, dia memberikan alamat dan nomer teleponnya dan berharap sekali kalau saya mau mampir ke rumah atau kantornya.
Beberapa kali Cindy pernah saya hubungi dan beberapa kali kami pernah berjumpa, hingga akhirnya sekarang kami tidak pernah lagi berjumpa karena terakhir kali saya hubungi alamatnya sudah pindah.
Entah dimana kamu Cindy, tapi yang jelas aku selalu merindukan kamu, karena kamu telah memberikan pengalaman dan pengetahuan yang berharga tentang bagaimana berhubungan seks dan memuaskan pasangan main.